Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Xavia dan Kalung Emas Kepala Singa Ares

25 Juli 2024   20:25 Diperbarui: 25 Juli 2024   20:40 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: iStockphoto

Di antara konflik dan tantangan, Xavia dan Ares menemukan kekuatan dalam cinta mereka yang mendalam. Mereka belajar bahwa meskipun dari dunia yang berbeda, cinta sejati akan selalu menemukan cara untuk bersinar terang.

Suatu malam yang dingin di sudut Jakarta, Xavia dan Ares duduk bersama di atap sebuah bangunan tinggi yang menawarkan pemandangan gemerlap kota di bawah mereka.

Xavia menatap ke langit yang dipenuhi bintang-bintang, sementara Ares duduk di sampingnya dengan tatapan penuh kehangatan.

"Ares, bagaimana perasaanmu tentang dunia modern ini?" tanya Xavia dengan penuh perhatian.

Ares memandanginya sejenak sebelum menjawab, "Ini sangat berbeda dengan dunia yang kukenal. Teknologi, pola pikir, semuanya begitu maju dan kompleks. Tapi ada keindahan dalam kehidupan manusia modern yang aku mulai menghargai, terutama kebersamaan seperti ini."

Xavia tersenyum. "Aku senang kamu mulai merasa nyaman di sini. Tapi aku juga ingin kamu tahu bahwa aku sangat bersyukur bisa mengenalmu, Ares. Kamu membawa keajaiban ke dalam hidupku."

Ares mengangguk perlahan. "Kamu juga membawa keajaiban ke dalam hidupku, Xavia. Sejak kita bertemu, hidupku menjadi lebih berarti. Aku merasakan hal-hal yang dulunya tidak pernah aku bayangkan."

Keduanya terdiam sejenak, menikmati kehadiran satu sama lain di tengah malam yang tenang itu. Namun, ketenangan mereka terganggu oleh kehadiran seseorang yang tiba-tiba muncul di atas atap bangunan itu.

Seorang pria bertubuh tinggi dengan senyum yang licik berdiri di hadapan mereka. "Apa yang kalian lakukan di sini?" ujarnya dengan suara berat.

Xavia langsung merasa tidak nyaman. "Kami hanya ingin menikmati pemandangan," jawabnya dengan hati-hati.

Pria itu menggelengkan kepala. "Kalian berdua adalah ancaman bagi kami. Kami tidak bisa membiarkan keberadaanmu terus berlanjut."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun