Jika Rocky Gerung hidup di jaman para dewa Yunani, ia mirip dengan dewa Momos. Keduanya sama-sama memiliki karakter suka menyindir, mengejek dan pengkritik.
Dalam melontarkan kritiknya, dewa Momos bahkan pernah menyebut Zeus yang notabene adalah raja para dewa, sebagai dewa yang kasar dan terlalu bernafsu pada perempuan.
Selain Zeus yang diejeknya, Momos juga pernah menyindir Afrodit yang merupakan dewi cinta, dewi kecantikan, seksualitas, kenikmatan, dan prokreasi.
Momos bahkan tak luput menyerang anak Zeus dari Hera bernama Hefaistos.
Momos juga memiliki sifat iri. Itu terjadi ketika dia didaulat menjadi juri yang bertugas menilai hasil kreasi tiga dewa. Kisah ini tertuang dalam salah satu fabel Aisop.
Momos iri atas apa yang berhasil mereka buat sehingga dia mencemooh semua kreasi mereka.
Momos dalam bahasa Yunani ditulis sebagai momf, yang mengandung arti 'menyalahkan' atau 'kecaman'.
Dalam seni klasik, Momos  digambarkan sedang membuka topeng dari wajahnya. Dari situ jelas jika Momos bermuka dua.
Akibat ulahnya yang gemar mengritik, Momos akhirnya diasingkan dari Gunung Olimpus, gunung tertinggi di Yunani.
Menelisik sifat dan karakter Momos, sedikit banyak mirip dengan Rocky Gerung. Rocky Gerung yang memiliki nama belakang "Gerung", bila diartikan ke dalam KBBI memiliki makna sebagai, raung atau bunyi yang nyaring dan panjang.
Rocky Gerung memang acap melontarkan kata dungu yang  memiliki padanan kata bodoh, tolol atau bloon. Ucapan dungu tersebut juga sering ia lontarkan ketika mengkritik Presiden Jokowi.
Bila dikaitkan dengan prilaku, orang dungu tidak memiliki etika karena perbuatannya tidak sesuai akal sehat.
Bila berbicara etika, ada seorang filsuf dalam sejarah filsafat barat yang fokus pada minat utamanya yaitu soal "etika". Dia adalah filsuf Thales.
Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama dan disebut sebagai bapak filsafat. Karena mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia.
Pemikiran Thales ini juga dimasuki ke dalam ranah politik. Namun, pemikiran Thales dalam konteks politik lebih kepada bentuk nasehat yang bijak.
Herodotus pernah mencatat jika Thales pernah memberikan nasihat kepada orang-orang Ionia yang sedang terancam oleh serangan dari Kerajaan Persia pada pertengahan abad ke-6 SM.
Dalil etika yang sering diraungkan Rocky Gerung yang merupakan cabang dari ilmu filsafat, seakan menjadi "benteng" bagi pria 64 tahun itu untuk mengokohkan kritikannya ke dalam ranah politik.
Sehingga ketika orang lain meng-counter kritikannya, Rocky Gerung mengembalikan kritikannya itu ke dimensi  filsafat.
Dungu yang berakar pada akal, dalam diskursus filsafat, memang mendominasi hingga ranah terdalamnya.
Kekuatan akal oleh para filsuf dinilai dapat melampaui ketidakmungkinan untuk diketahui, bahkan akal seakan tidak memiliki keterbatasan.
Bahkan ada beberapa filsuf yang tidak mengakui bahwa akal memiliki batas pengetahuan yang didapatkan.
Jika pemikiran seperti itu belum tercerabut dari akarnya, bukan tidak mungkin mereka yang mengusung pemikiran  bahwa akal seakan tidak memiliki keterbatasan, maka yang terjadi kebablasan lisan.
Kembali ke dewa Momos, sejatinya terdapat dewa sopan santun dan kerendahan hati. Dia adalah Aidos, dewi dan personifikasi dari rasa malu, kesopanan, dan kerendahan hati dalam mitologi Yunani.
Rupanya, meski Aidos ini sopan dan rendah hati, ia justru teman dekat dewi pembalasan, Nemesis.
Jadi, apakah Rocky Gerung justru menjadi teman baik dengan mereka yang dikritiknya yang diam-diam asik ngopi di belakang sorot kamera??
cldg, 11/8/2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H