Produk Jurnalistik yang dihasilkan oleh media mainstream berasal dari medsos justru akan menyuburkan disinformasi dan mematikan literasi.
Bisa dipahami sampai disitu bahwa untuk membuat sebuah produk Jurnalistik, termasuk konten-konten selebriti, pemanfaatan media sosial sang artis, memiliki kecenderungan terjadinya informasi yang tak sepenuhnya betul.Â
Iya, bahwa BCL sedang berpose di media sosialnya itu benar. BCL menulis kata motivasi juga benar. Lalu terdapat komentar netizen yang positif dan mengkritik, juga tak disalahkan.Â
Yang menjadi kesalahan, kalau menurut Yosep Adi Prasetyo barangkali tidak dilakukan proses peliputan secara langsung kepada BCL, atau minimal meminta pernyataan langsung begitu, mungkin bisa lewat telepon maupun chat ke BCL.
Apakah itu kemudian menjadi persoalan ketika BCL keberatan kalau postingannya dijadikan konten atau berita? Saya rasa kalau konten itu baik-baik saja, buat apa BCL keberatan. Iya kalau konten itu mungkin membuat BCL "gerah", bisa jadi dia akan meminta pertanggungjawaban penulisnya.Â
Sejauh ini saya melihat "aman-aman" saja konten selebriti khususnya, dibuat dengan memanfaatkan media sosial mereka.Â
Bahkan kalau boleh jujur nih, dari situ justru nama sang selebriti akan banyak dibaca oleh pembaca. Dan itu juga akan memperbanyak databese sang artis di media online yang bertumpu pada mesin pencarian, Google.Â
Jika sudah banyak pembaca membaca konten tersebut, bukan tidak mungkin nama sang selebriti bisa saja menjadi viral di Twitter atau mentereng di Google trends.Â
Pergumulan media sosial dengan produk Jurnalistik mau apapun itu bentuknya, sejauh ini bukan menjadi masalah. Yang jadi masalah ketika selebriti berusaha membuat "drama" di media sosial dan direspon serius oleh netizen kemudian dimuat di media online. Dan itu cukup banyak terjadi.
(11/1/2022)