Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menukil Film Dedi Setiadi di Usia Senjanya

20 Oktober 2021   21:57 Diperbarui: 20 Oktober 2021   22:04 1688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sutradara Dedi Setiadi. (Foto: Instagram)

Tugas berat Dedi Setiadi di film yang diproduseri oleh Dhany Rahman ini memang ada. Dedi harus bisa membuat pemindahan waktu dari era tahun 1990-an ke era saat ini. Karena film ini diflot bergerak waktunya, dengan sejumlah pemainnya yang juga berubah secara fisik, dari anak-anak ke dewasa. Dari bangku SD hingga SMA. Dari lajang menjadi berumah tangga, dan seterusnya.

Tentunya tak mudah bagi Dedi membuat film ini bisa seperti itu. Ditambah film ini mengetengahkan keberagaman suku, Dedi Setiadi tentunya harus bisa membingkai segenap perbedaan yang ada menjadi sebuah harmonisasi secara visual.

Salah satu adegan di film ini yang disebutkan di atas seperti saat Dedi Setiadi harus mengikuti skenario mengenai perbedaan ras Cina dengan pribumi.

Kejelian Dedi disini betul-betul harus bisa membuat adegan tersebut mengalir. Tak menyudutkan, menyinggung apalagi memojokan etnis Cina.

Disitulah Dedi harus bisa mengetengahkan sebuah visual keberagaman itu, tentunya dengan seadil-adilnya.

"Gambaran mengenai keberagaman ini saya buat seperti adegan orang pribumi harus berbelanja di toko Cina. Ini kan sensitif. Kenapa Cina? Kan itu berakibat tertentu. Bagaimana toko milik orang Cina? Tidak bisa tidak, kita harus beli disitu. Karena toko milik orang Cina selalu ada dan gampang dicapai. Jadi ada alasannya kenapa harus berbelanja ke toko Cina. Harus ada alasan yang masuk akal." tutur Dedi Setiadi.

Sebenarnya runutan detail cerita film ini belum ada. Cuma tema besarnya disitu, mengenai rasa kebangsaan. Rasa kebangsaan ini tak melulu mengalir sepanjang film, tetapi disisipi juga dengan romansa percintaan, dan juga ada drama keluarga di dalamnya.

Jadi kalau kita mau menerka-nerka seperti apa nanti jalan cerita film terbaru besutan Dedi Setiadi ini, sebenarnya kita sudah diberikan contoh bagaimana Dedi Setiadi menukangi sejumlah film sebelumnya.

Seperti soal bagaimana penggambaran keluarga bahagia dan harmonis. Dedi Setiadi sudah memberikan contoh lewat sinetron atau film seperti, Keluarga Cemara, Losmen, Jendela Rumah Kita dan masih banyak lainnya.

Mengenai gambaran rasa kebangsaan terhadap negara, Dedi setidaknya juga sudah mencontohkan lewat serial yang berjaya di masanya yaitu Aku Cinta Indonesia (ACI).

Bagaimana jika kemudian Dedi harus bisa merefleksikan secara visual anak-anak jaman "now"? Catatan pengalamannya membuktikan kalau pria kelahiran Sukabumi ini, bisa juga memberikan gambaran itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun