Besok 11 September 2021, genap 20 tahun tragedi serangan 9/11. Selang dua dekade, ratusan ribu jiwa melayang akibat pandemi Covid-19.Â
Negeri Paman Sam, Amerika Serikat, besok (11 September 2021) memperingati tragedi berdarah, serangan 11 September atau serangan 9/11. Tim investigasi 911 melaporkan, bahwa sekitar 3.000 jiwa tewas dalam serangan tersebut.
Saya tidak membahas bagaimana serangan 9/11 itu terjadi. Sebab pembahasan itu sudah banyak diungkapkan di berbagai pemberitaan di seluruh dunia.
Yang pasti, konon serangan 9/11 itu telah diatur terhadap beberapa target di New York City dan Washington, D.C, lewat cara serangan bunuh diri yang dilakukan oleh kelompok militan Islam, al-Qaeda pada 11 September 2001.
Selain menewaskan 3.000 orang, serangan 9/11 yang kemudian disebut dilakukan oleh kelompok militan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden itu juga melukai sekitar 6.000 orang yang berada di empat lokasi serangan.
Adapun lokasi serangan 9/11 itu dilakukan di World Trade Center dan The Pentagon. Sementara Gedung Putih yang juga jadi sasaran, rupanya gagal terlaksana.
Serangan 11/9 memang menyontak dunia kala itu, termasuk Indonesia. Pemberitaan peristiwa berdarah di negeri Paman Sam kala itu tak akan dilupakan oleh siapa pun tentunya.
Besok, serangan 9/11 genap dua dekade. Barangkali orang-orang sudah bisa melupakan bagaimana ledakan demi ledakan terjadi kala itu hingga meruntuhkan menara kembar World Trade Center di New York City.Â
Orang-orang pun mungkin sudah bisa melupakan bagaimana ribuan korban berteriak menahan kesakitan dan meregang nyawa meninggalkan keluarga dan sanak family mereka.
Apakah negeri Paman Sam tak menangis lagi kini? Menangis!
Karena ribuan orang yang ada di Amerika juga telah berpulang saat ini. Bukan oleh serangan bom, tapi oleh Covid-19.
Dalam catatan laman Wikipedia, kementerian kesehatan pemerintah, The New York Times, dan sumber resmi lainnya, total kasus Covid-19 di Amerika Serikat sebanyak 40,7 juta pada data yang dicatat tanggal 9 September 2021. Adapun yang meninggal dunia akibat Covid-19 di negara ini mencapai 656 ribu.
Angka kematian di Amerika Serikat akibat Covid-19 itu tersebar di puluhan negara bagiannya, kecuali di Samoa Amerika. Angka kematian di Amerika Serikat tertinggi ada di California sebanyak 66.897 jiwa dan terendah di Kepulauan Mariana Utara sebanyak  2 jiwa.
Tingginya angka kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat akhirnya membuat Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengkonfirmasi akan memperpanjang aturan menggunakan masker sampai pertengahan Januari 2022.
Pemakaian masker itu diwajibkan bagi mereka yang berada di transportasi umum seperti di pesawat terbang, kereta, bus, bandara dan stasiun kereta.Â
Selain pemakaian masker, Joe Biden juga mengumumkan kebijakan mewajibkan sebagian besar pegawai federal disuntik vaksin Covid-19. Biden juga mendorong perusahaan memvaksinasi pegawainya atau dilakukan tes Covid-19 tiap pekan.
Hal itu ditegaskan Biden mengingat di negara yang dipimpin  terdapat kelompok orang yang menggaungkan gerakan anti-vaksin.
Catatan ini saya buat bukan untuk membandingkan berapa nyawa melayang, baik oleh serangan 9/11 maupun pandemi Covid-19.
Catatan ini hanya untuk mengingatkan bahwa dua dekade lalu telah terjadi peristiwa serangan 9/11 dan kini warga AS bahkan seluruh dunia tengah memperingatinya di tengah pandemi Covid-19 yang entah kapan berakhirnya. (Sang-10092021)
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H