Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Badut Penjual Balon Seikhlasnya" Mungkinkah Muncul Akibat Gelombang PHK Covid-19?

23 Juni 2021   23:56 Diperbarui: 24 Juni 2021   00:13 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Badut penjual balon seikhlasnya. (Foto: Pribadi)

Setahun lebih pandemi Covid-19, tak dipungkiri telah meluluhlantakkan perekonomian Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, bahwa pada tahun 2020 negara menelan kerugian sebesar Rp 1.356 triliun akibat pandemi Covid-19 ini.

Covid-19 juga membuat gelombang PHK yang begitu dahsyatnya di tahun 2020 lalu. Tercatat karyawan yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan dirumahkan pada tahun 2020 mencapai lebih dari 1,2 juta.

Bisa dibayangkan dengan angka PHK sebesar itu, bagaimana para karyawan yang kena PHK tadi mendapatkan lagi pekerjaan untuk menafkahi istri serta anak-anak mereka kedepannya?

Jawabannya tentu tak semudah pertanyaannya tadi. Memang butuh tempat dan lahan pekerjaan baru bagi mereka yang terkena gelombang PHK. Tetapi siapa yang bisa menampung mereka jika banyak juga pengusaha yang gulung tikar akibat Covid-19 ini.

Karena keadaan itulah, akhirnya para karyawan yang terkena gelombang PHK tadi, diharuskan pandai-pandai memutar otak. Bagaimana mereka bisa bertahan hidup di tengah suramnya ekonomi saat ini.

Jalanan, membuka potret bagaimana suramnya ekonomi akibat pandemi Covid-19 saat ini. Salah satunya yang menyita perhatian saya adalah, munculnya pekerja informal yang ada di sekitar kita.

Di daerah tempat tinggal saya misalnya di Ciledug, Tangerang Kota. Di salah satu SPBU, saya melihat ada pekerjaan yang terbilang baru. Dan itu muncul, mungkin dikarenakan susahnya orang mencari pekerjaan formal saat ini.

Seseorang menggunakan pakaian badut tupai berdiri di pintu keluar SPBU dekat rumah saya. Ada yang menarik dari cara badut tupai itu mengais rejeki. Dia sengaja membawa beberapa buah balon untuk dijual kepada orang yang selesai mengisi bensin.

Cara badut itu menjual balon juga menarik, karena balon-balon itu dijualnya secara ikhlas atau sang badut tidak mematok harga untuk balon yang dijualnya.

Badut itu menempelkan sebuah kardus di badannya dan dituliskan, "Jual Balon Seikhlasnya".

Saat saya melihat, si badut nampak membawa 6 buah balon. Sepasang muda-mudi yang keluar dari SPBU kemudian mengambil 1 balon seraya memasukan sejumlah uang ke dalam kardus di badan si badut. Begitu selanjutnya saya perhatikan.

Biasanya jika sebuah "mata pencaharian" baru sukses meraih keuntungan besar, maka akan muncul "badut penjual balon seikhlasnya" yang lain.

Hal yang sama juga terjadi dengan nasib "ondel-ondel" yang semestinya digunakan untuk acara resmi, kini banyak disewa orang untuk keliling, mengais rupiah demi rupiah.

Pun dengan banyaknya "manusia silver". Boleh jadi si "manusia silver" itu banyak mendapatkan uang, sehingga banyak orang yang kepengen juga mencari uang dengan "mengecat" sekujur tubuhnya.

Kembali lagi ke "badut penjual balon seikhlasnya", saya memang baru kali pertama ini melihat ada profesi semacam itu di tengah masa pandemi Covid-19 ini. Kalau sekadar badut yang menari diiringi musik sambil keliling, saya sering melihatnya.

Bahkan ada juga "boneka mampang" yang sampai saat ini masih ditakuti oleh anak bungsu saya. Saking takutnya sama "boneka mampang" anak saya kalau diajak makan di pinggir jalan tidak pernah mau dan selalu menangis termehek-mehek he..he...he...

(Ciledug, 22 Juni 2021)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun