Desa Tempur di Kecamatan Keling, Kediri, Jawa Tengah telah ditetapkan sebagai desa wisata. So pasti karena desa wisata, jadi banyak destinasi wisata di desa yang juga disebut Desa Tersembunyi ini.
Sekali waktu saya bertandang ke desa Tempur. Bener aja, desa ini memang tersembunyi lokasinya karena letaknya berada di lereng gunung Muria dan dikelilingi oleh perbukitan.
Untuk mencapai desa Tempur, jalan yang dilalui berkelok-kelok, naik dan turun dengan banyak jurang menganga. Kurang waspada membawa kendaraan bisa celaka!
Sejauh mata memandang, desa Tempur didominasi persawahan yang berundak-undak. Hamparan  padi yang merupakan tanaman mata pencaharian warga setempat, membentang di kanan dan kiri jalan.
Kendati disebut desa wisata, desa tempur masih memiliki sejumlah problematika. Menurut kepala desa (petinggi) Mariyono, desa yang dipimpinnya masih belum begitu dimengerti oleh warganya. Utamanya soal label desa wisata.
Misalnya soal pembangunan penginapan (home stay) untuk para pengunjung, Mariyono menyebut warganya belum begitu antusias jika rumah mereka dijadikan sebagai penginapan.
"Masih ada warga yang kurang mengerti soal home stay ini. Padahal kalau mereka mau, ini bisa menjadi pemasukan ekonomi warga. Kan bagus itu, pengunjung bisa berbaur dengan warga disini" Ujar Mariyono.
Mariyono menambahkan, penginapan di desa Tempur memang sangat mendesak dibangun, mengingat jumlah kunjungan wisatawan semakin meningkat.
"Pengunjung utamanya yang keluarga masih memerlukan home stay yang sesuai dengan ukuran keluarga. Tapi disini memang belum ada yang seperti itu." Ungkapnya.
Petinggi desa ini melanjutkan terkait persoalan lain yang muncul di desa Tempur ini. Salah satunya mengenai rencana pembangunan rest area yang telah dibicarakan ke pihak Dishub.
Rest Area itu menurutnya juga dibutuhkan untuk menampung jumlah kendaraan yang masuk. Karena menurut catatannya, makin banyak jumlah pengunjung, lokasi rest area yang juga diperuntukan untuk parkir kendaraan, sangat diperlukan keberadaannya.
Sayangnya niat mulia sang kades itu tidak begitu direspon positif oleh warga. Padahal jika rest area itu dibuat, warga akan merasakan dampak ekononi.
"Rencananya memang saya ingin membangun lokasi rest area disini. Nah lokasi itu nanti jadi tempat parkir pengunjung. Pengunjung yang mau melanjutkan destinasi wisatanya nanti bisa naik motor atau moda transportasi lain yang tak bisa dicapai oleh mobil, motor misalnya. Berarti kalau rest area itu ada, warga bisa jadi ojek motor atau sebagainya." Sambungnya.
Selain itu, persoalan lain yang ada di desa Tempur ini yaitu akses jalannya. Bagi pengunjung yang ingin menikmati panorama keindahan alam di Bukit Bejagan yang terletak paling puncak, sedikit agak terhalang perjalanannya. Pasalnya ada sebuah jembatan yang harus dilewati kendaraan, kondisinya sedang ambruk. Sampai saat ini jembatan itu belum diperbaiki. Seorang kawan sempat memotret kondisi jembatan itu.
Nah itu tadi sekelumit tentang persoalan yang masih ada di desa Tempur. Semoga dengan tulisan ini bisa menjadi informasi tambahan bagi mereka yang belum mengetahui betul desa wisata Tempur ini.