Sayangnya niat mulia sang kades itu tidak begitu direspon positif oleh warga. Padahal jika rest area itu dibuat, warga akan merasakan dampak ekononi.
"Rencananya memang saya ingin membangun lokasi rest area disini. Nah lokasi itu nanti jadi tempat parkir pengunjung. Pengunjung yang mau melanjutkan destinasi wisatanya nanti bisa naik motor atau moda transportasi lain yang tak bisa dicapai oleh mobil, motor misalnya. Berarti kalau rest area itu ada, warga bisa jadi ojek motor atau sebagainya." Sambungnya.
Selain itu, persoalan lain yang ada di desa Tempur ini yaitu akses jalannya. Bagi pengunjung yang ingin menikmati panorama keindahan alam di Bukit Bejagan yang terletak paling puncak, sedikit agak terhalang perjalanannya. Pasalnya ada sebuah jembatan yang harus dilewati kendaraan, kondisinya sedang ambruk. Sampai saat ini jembatan itu belum diperbaiki. Seorang kawan sempat memotret kondisi jembatan itu.
Nah itu tadi sekelumit tentang persoalan yang masih ada di desa Tempur. Semoga dengan tulisan ini bisa menjadi informasi tambahan bagi mereka yang belum mengetahui betul desa wisata Tempur ini.