Akhirnya aku, Halimun dan perempuan paruh baya itu sampai di kampung. Aku mengatakan untuk pulang dulu ke rumah pakde ku, baru setelah itu ke rumahnya. Perempuan tua itu mengiyakan.
Setelah istirahat di rumah pakde, aku ke rumah bu Lasmi. Halimun tidak ikut. Sebenarnya aku mau langsung ziarah, tapi karena bu Lasmi membuat penasaran, aku menemuinya dulu.
Sebelumnya:Pras, Cinta dan Penjara Masa Lalu
Di rumahnya, Bu Lasmi memperlihatkan foto-foto kakaknya, dukun beranak yang sudah tiada itu. Aku langsung percaya begitu saja. Bu Lasmi kemudian duduk di depanku. Dia mulai bercerita perihal kematian ibu.
Apa yang diceritakan Bu Lasmi memang tidak sama persis dengan cerita Pras. Bu Lasmi sebut, ibu wafat dengan sangat tragis. Wajah cantiknya dirusak sehingga ibu menemui ajal.
"Sampai saat ini saya dan penduduk kampung tidak tahu dimana jasad ibumu" cerita Bu Lasmi.
Sebelumnya:Terdampar di Noumea
Aku langsung bergidik. Bingung dan penasaran dengan cerita Bu Lasmi.
"Kalau kamu tidak yakin, bisa tanya kepala desa. Kepala desa di sini tahu semua. Tapi Dia sudah meninggal. Adiknya, Bu Srie juga tahu " jelas Bu Lasmi lagi.
Aku bergegas ke rumah Bu Srie, tak jauh dari rumah Bu Lasmi.
Apa yang diceritakan Bu Lasmi tadi, sedikitpun tak disangkal Bu Srie.