Sejak memutuskan hijrah, cobaan dan ujian justru lebih banyak ku hadapi. Terutama datang dari Pras. Dia masih terus berusaha ingin mengambil Halimun dariku. Bahkan yang membuat ku terkadang tak kuat menahan cobaan itu, ketika Pras terus mengungkit masa laluku.
Aku berusaha menahan diri dari ini semua. Pikiranku harus fokus. Apapun yang Pras lakukan terhadap ku dan juga Halimun, sebisa mungkin harus bisa ku redam.
Aku berpikir akan tetap menyelesaikan tapi secara baik-baik. Aku berusaha berbesar hati dan memaafkan Sulastri, anak-anaknya, juga Pras.
Mungkinkah aku bisa melakukan itu? Sementara belakangan ini, ku kerap dibayang-bayangi oleh ibu dan bapak. Mereka seperti menghantui dan meminta pertanggungjawaban ku.
Kata orang-orang, ku harus berziarah ke makam bapak dan ibu di kampung dan mendoakan, agar ku tenang.
Sebelumnya:Kalam di Ujung Dosa
Lalu ku ajak Halimun pulang kampung menggunakan bis. Dalam perjalanan, entah kenapa pikiranku tidak tenang. Halimun berusaha menghibur. Dia menceritakan kelucuan Ngarai, kekasihnya.
Baru sepertiga waktu perjalananan menuju kampung, bis yang membawaku, pecah ban di tengah hutan. Cukup lama sopir dan kernetnya memperbaiki ban yang pecah tersebut.
Karena waktu itu hari kerja, penumpang bis tidak terlalu banyak. Salah seorang penumpang perempuan setengah baya, nampak memperhatikanku. Dia lalu menghampiri ku.
"Mba Ivona ya." perempuan setengah baya itu langsung sebut namaku.