Aku lalu meminta Halimun untuk cari tahu. Esoknya Halimun mengatakan yang sama.
Selain aku, Halimun juga sudah mulai tak mempercayai ayahnya. Halimun kemudian menunjukkan sikap tidak percaya kepada ayahnya, dengan jarang tidur di rumah.
Situasi ini membuatku tak nyaman. Kepalaku beberapa hari ini suka pusing. Aku takut penyakit lamaku akan kambuh. Aku minta cek kesehatan ke dokter penjara. Lapas yang bertugas menggiringku ke klinik.
Di dalam klinik, dokter yang kutunggu lama muncul. Aku lihat jendela klinik terbuka. Muncul niat jahat, aku mau kabur dari penjara.
Aku kunci ruang klinik dari dalam. Ku tengok kiri, kanan, atas dan sudut lain yang kemungkinan besar ada penjaga. Mata ku tak menangkap seorang pun penjaga.
Aku loncat dari jendela klinik. Berlari menyusuri sisi ruang klinik. Di belakang klinik ada lubang. Aku masuk lalu merayap. Lubang itu entah siapa yang buat.
Keesokan hari media ramai memberitakan kaburnya aku dari penjara. Aku takut. Tapi karena pikiranku kacau balau oleh informasi mengenai Pras bersama perempuan lain, rasa takut tak aku hiraukan.
Aku kemudian bersembunyi di sebuah tempat yang aman. Dari tempat itu aku langsung menghubungi Halimun.
Halimun datang. Kami berpelukan erat. Aku meminta Halimun kembali ke rumah dan berpesan jangan memberitahu kepada siapapun keberadaan ku, termasuk kepada ayahnya.
Ponsel aku matikan selama dalam persembunyian. Aku dan Halimun berkomunikasi secara langsung. Halimun datang ke persembunyian, setiap ku minta.
Selama dalam persembunyian, mendadak penyakit lama ku kumat. Aku berusaha melawan tapi tak bisa. Muncul kemudian naluri sadisku. Aku mau menemui Pras dan membunuhnya.