Mohon tunggu...
Asuransi Umum
Asuransi Umum Mohon Tunggu... Seorang Praktisi Asuransi di Provinsi Bangka Belitung

life peace full, we love u full... CP. 085277180981 email : mynameissadli@gmail.com site www.bumida.co.id

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Fintech, Insurtech, dan Nadiem Makarim

28 Oktober 2019   11:51 Diperbarui: 29 Oktober 2019   13:09 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indikasi Industri 4.0 "The Power of Future" 

Publik Indonesia sempat dibuat terkesima saat seorang anak muda yang baru berusia 35 tahun, masuk menjadi salah satu jajaran mentri di Kabinet Indonesia Maju Jilid II Pemerintahan Jokowi Amin 2019 sd 2024.

Seperti biasa masyarakat kita yang masih gagap dengan revolusi yang sering digaungkan oleh presiden Jokowi biasa akan memunculkan pro kontra.

Apalagi posisi sang anak muda ini bukan untuk memegang jabatan dalam bidang umumnya pada pemerintahan sebelumnya, misal menteri olah raga, ato sosial atau tenaga kerja.

Ini ditempatkan dalam posisi memegang Kementrian pendidikan dan kebudayaan, tentu saja ini memuat publik yang biasa berpikir linier akan mengkritik hal tersebut.

Dimana menteri pendidikan harusnya dijabat oleh orang-orang yang berpengalaman atau memang telah berkecimpung dalam bidang tersebut sejak berkarir, bukan seorang anak muda yang memiliki prestasi didunia digital yakni COE Gojek (ojek online) yang cukup mengebrak, tentu hal ini presiden mempunyai penilaian tersendiri. 

Mungkin karna sebelumnya posisi kementrian ini selalu diisi orang-orang yang cukup capabilitasnya dalam dunia pendidikan spt Anies Baswedan atau Muhajir Effendi namun hasil akhinya terkesan kurang memuaskan bagi presiden dan tentunya masyarakat Indoensia, yg terus menuntut kecepatan dan keakuratan.

Saya tidak akan membahas terkait politik dalam pemilihan sang Ceo Gojek tersebut, tapi saya ingin mengajak kita melihat bahwa saat ini kondisi dunia sudah berubah.

Ini sering dan terus digaungkan Presiden Jokowi sejak saat awal pemerintahannya Jilid pertama dengan istilah Industri 4.0 dan digitalisasi serta sesekali berbicara tentang transportasi berbahan listrik.

Bisa jadi itu alasan besar presiden untuk tidak terjebat dengan pilihan menteri pendidikan melihat latar belakangnya wajib dari kalangan dunia pendidikan yang penuh dengan teori tapi nihil aplikasi riset yang akhirnya menghasilkan sebuah produk atau industri yang dapat merubah budaya masyarakat dengan teknologi digitalisasi.

Ini yang akan dibawa kedalam dunia pendidikan kita saat ini dan kedepan dengan mengandeng orang muda dengan pemikiran yang progresif dalam dunia startup ini.

Revolusi industri sendiri memang diawal gebrakanya sudah menguncang banyak bidang lainnya, spt ekonomi, sosial, budaya, politik dll, guncangan itu sudah dimulai dari Industri 1.0 pada abad ke 18, dimana yg cukup terkenal pada zaman ini adalah ditemukannya mesin uap yg digunakan dalam dunia industri tenun/tekstil sehingga banyak pengantian tenaga manusia dan hewan ke pemanfaatan mesin dalam masa ini. 

Kemudian pada abad ke 20 dimulailah industri 2.0, dengan ditemukannya listrik oleh James Watt, maka terjadilah lagi perubahan yang sebelumnya dari mesin uap perlahan berganti ke listrik. 

Kemudian munculah industri 3.0 dimana dunia sudah mulai mengenal  komputerisasi dan informasi maka mulai beralihlah dunia dari mesin ke komputer ini. 

Dan, yang terakhir saat ini sedang meramaikan dunia adalah industri 4.0, dimana segala sesuatu sudah mulai digitalisasi dan otomatisasi, yg memunculkan banya hal-hal baru yg selama ini bahkan belum terpikirkan oleh kita, contohnya saja adalah go-jek ini, dimana seorang anak  muda yang lebih suka mengukan ojek untuk pulang pergi untuk mobile kemana-mana apalagi dikota yang padat dan macet spt Jakarta.

Dari sinilah dia terpikir untuk membuat aplikasi yang bisa digunakan banyak orang sehingga bisa mempersingkat komunikasi antara tukang ojek dengan pelanggannya, tidak lagi manual semua serba otomatis, kapan sang customer memerlukan trasnportasi apakah itu motor, mobil bahkan sekarang merambah ke makanan, dan jasa-jasa lainnya bisa dengan satu kali pencet tombol.

Maka apa yg kita butuhkan segera tiba dihadapan kita dalam hitungan menit, tentu banyak dampak sosial, ekonomi, budaya dll akibat dari kemunculan ojek online ini, dan pemerintah harus bisa segera mengikuti perkembangan jaman dalam membuat regulasi hukum saat ini.

pertarungan digitalisasi tidak hanya diruang kelas dunia transpotasi saja, dimana tersingkirnya ojek pangkalan/tradisional oleh ojek online, tapi didunia keuangan pun saat ini pertarungan sejenis sudah mulai terjadi beberapa tahun belakangan semakin melengkapi industri 3.0. 

Sebelumnya tentang di e-commerce internet informasi dan komputer, sehingga saat ini untuk pembelian tiket pesat, isi pulsa, bayar listrik, transfer biaya sekolah/kuliah, dll sudah makin gampang dan otomatis, sehingga tidak perlu lagi ada cerita antrian panjang untuk tranfer uang ke bank, bayar listrik, setor uang kuliah anak ke bank dll semua sudah makin simple dan nyaman atau cashless.

Bahkan untuk membuka rekening koran dibank pun saat ini kita bisa lakukan secara online, dengan mendownload sebuah aplikasi dari pihak bank tersebut, lalu kita bisa mengisi data kita lalu kita sudah bisa mendapatkan no rekening untuk digunakan untuk transaksi bisnis atau keperluan pribadi kita.

Bagaimana dengan dunia industri asuransi,  walaupun memang belum segencar revolusi diindustri fintech pelaku startup diindonesia terhadap pembuatan aplikasi untuk menunjang digitalisasi insurtech, tapi sudah dimulai satu tahun ini oleh beberapa perusahaan asuransi.

Ini tentu akan menarik perhatian bagi para pelaku diindustri asuransi, apa sajakah yang akan berubah, dan apa saja yang akan terpangkas dan berganti sebagaimana dulu kasus ojek pangkalan, ini tentu hal yang sangat menarik untuk kita pelajari. 

Tokoh yang sering menulis artikel atau buku tentang distrubsi yang terjadi saat ini, yakni Prof Renald Kasali, juga banyak berbicara tentang hal ini, Insurtech ini, bahkan menurutnya akan ada perubahan besar dalam industri asuransi ini dalam satu atau dua tahun ini.

Ya tepatnya saat ini, yang akan memangkas terkait mahalnya premi asuransi dengan mengunakan sistem keagenan, serta pilihan benefit dipolis asuransi pada benefit yang sebenarnya tidak perlu diambil nasabah yang menyebabkan premi asuransi menjadi mahal, bahkan lebih memfokuskan pada bahwa kedepan itu yang paling penting bagi industri 4.0 adalah big data. 

Siapa yang menguasai big data maka dia yg akan menguasai pasar di industri asuransi ini, memang di indonesia perusahaan yang sudah mengunakan bigdata ini untuk menunjang pemasarannya belum berjalan seperti contoh di Jepang perusahaan asuransi sudah memantau perilaku calon nasabah atau nasabahnya dari GPS.

Jadi bukan hanya perihal umur, jarak tempuh, perizinan, tetapi juga sudah lebih detail lagi mengenal nasabahnya hingga mengenal resikonya sehingga menerapkan harga premi yang sesuai dengan kondisi resikonya tersebut, dimana sudah bekerjasama dengan berbagai aplikasi online milih google atau facebook, untuk menilai tingkat resiko baru menentukan premi yang layak untuk sang nasabah tersebut. 

Hingga proses klaim kecelakaan mobil pun nanti sudah tidak lagi dilakukan survey secara manual, tapi sudah mengunakan cara yang menerapkan kecerdasan teknologi spt pengunaan drone, menganalisa kerusakan dengan komputer dan proses pelayanan dengan pemanfaatan android untuk melaporkan kejadian dan lokasi sang nasabah.

Sehingga semua akan bener-bener dibuat bagaimana memberikan layanan yang memudahkan masyarakat bahkan dengan premi yang lebih sesuai dan tepat benefit yang diperlukan dengan perkiraan resiko yang akan terjadi kedepannya.

Sumber Info

1. romeltea.com
2. akseleran.co.id
3. mhibroker.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun