Mohon tunggu...
Surya Ferdian
Surya Ferdian Mohon Tunggu... Administrasi - Shalat dan Shalawat Demi Berkat

Menikmati Belajar Dimanapun Kapanpun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Komunikasi Pancasila Kita

8 September 2017   10:34 Diperbarui: 8 September 2017   10:42 1647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Komunikasi Pancasila

Sebenarnya bangsa ini memiliki sebuah nilai dasar luhur yang dapat digunakan sebagai kerangka demokrasi sekaligus kerangka komunikasi ala Indonesia. Pancasila yang telah disepakati bersama sebagai dasarnya bernegara di Indonesia sangat layak menjadi pijakan dalam berkomunikasi di negeri dengan berbagai keragaman yang dimilikinya.

Pancasila memang bukan monopoli satu atau beberapa kelompok. Akan bahaya jika tafsir terhadap Pancasila dimonopoli oleh pihak tertentu. Pancasila merupakan nilai yang diambil dari kebiasaan bangsa yang hidup sebelum Indonesia. Keluhuran-keluhuran nilai ini juga dimiliki oleh bangsa ini saat ini dan kelak. Maka menemukan kembali dan memperkuat nilai-nilai luhur inilah yang kita perlukan saat ini dan dimasa depan.

Melawan kelompok yang terus berupaya mengkerdilkan nilai-nilai luhur Pancasila dan Indonesia harus dilakukan secara bersama oleh bangsa ini. Dalam hal berkomunikasi, berkomunikasilah dengan panduan Pancasila. Proses sosiologis untuk kembali menumbuh suburkan Pancasila di dalam setiap prilaku individu bangsa ini mutlak perlu dilakukan.

Pertama, berkomunikasilah dengan keyakinan bahwa ada yang Maha Mengetahui setiap pesan yang kita sampaikan. Dengan cara demikian ini, perkataan-perkataan fitnah, bohong, hasutan, kebencian, dan lainnya akan diketahu oleh Tuhan YME dan pada akhirnya harus dipertanggungjawabkan secara individual. Berkeyakinan kepada Tuhan YME yang mantap salah satunya dicirikan dengan perkataan-perkataan yang baik, jujur, etis, dan menjunjung tinggi kemanusiaan sebagai sesama mahluk ciptaan-Nya.

Kedua,sampaikanlah pesan-pesan komunikasi bahkan yang berisi kritikan keras sekalipun dengan menjunjung kemanusiaan yang adil dan beradab. Tidak ada satupun manusia yang ingin diperlakukan tidak manusiawi, maka perlakukannya lawan bicara dengan cara yang manusiawi. Bersikap adil sejak dari pikiran juga perlu dilakukan. Mendasarkan komunikasi pada sikap yang tendensius akan membuat kita menjauh dari sikap adil terhadap manusia lainnya. Ciri dasar manusia adalah keberadaban, maka berkomunikasilah secara beradab terhadap manusia lainnya.

Ketiga, berkomunikasilah untuk mencapai persatuan Indonesia. Susah payah para pejuang memerdekakan Indonesia, karena itulah kita perlu menjaganya. Memusuh-musuhi bangsa sendiri bukanlah cerminan komunikasi Pancasila. Perbedaan yang menjadi dasar pembentuk Indonesia, bukanlah hal yang patut diperuncing hingga mencederai persatuan. Hanya karena berbeda pandangan tentang satu hal, tidak semestinya ujaran-ujaran permusuhan dengan bebas dilontarkan.

Keempat,bermusyawarah, bangunlah pengertian dan kesepahaman, dalam berkomunikasi diantara sesama bangsa Indonesia. Adakalanya memang proses berkomunikasi tidak berjalan mulus sesuai harapan karena banyaknya kemungkinan distorsi yang diterima lawan bicara. Namun hal ini pada prinsipnya mudah diselesaikan selama masing-masing pihak ingin membangun kejelasan dan pemahaman bersama. Sehingga tidak mudah bagi kita untuk melulu menyelesaikan urusan komunikasi hingga menjadi urusan Polisi.

Kelima, ciptakan kenyamanan dalam berkomunikasi bersama. Selalu berusaha untuk membangun kenyamanan dalam berkomunikasi akan berdampak positif dan konstruktif bagi kehidupan bersama. Ukurannya mudah, kalau kita merasa tidak nyaman dengan suatu pesan komunikasi, boleh jadi lawan bicara kita pun akan merasakan hal yang sama. Maka menjaga rasa nyaman didalam proses komunikasi perlu terus dipertukarkan bersamaan dengan pertukaran pesan yang berjalan.

Mengembalikan iklim komunikasi Pancasila penting dilakukan ketimbang memperdebatkan "demokrasi kebablasan." Kita sudah memiliki nilai luhur berbangsa yang telah jauh lebih teruji kemampuannya. Kita juga tidak mau didikte oleh pihak lain yang menginterpretasikan Pancasila sesuai kehendak kelompok atau golongannya. Kita hanya butuh kemauan untuk kembali melihat diri sendiri dan menilai praktek kemanusiaan kita berbekal keyakinan luhur Pancasila.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun