Mohon tunggu...
Surya Ferdian
Surya Ferdian Mohon Tunggu... Administrasi - Shalat dan Shalawat Demi Berkat

Menikmati Belajar Dimanapun Kapanpun

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Media Sosial: Persepsi Kendalikan Reaksi

28 Februari 2017   18:33 Diperbarui: 28 Februari 2017   18:37 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Asosiasi “1500 Tamu” sebagai tamu dari Kerajaan Arab, Asosiasi Arab adalah Islam, cukup sensitif bagi teman-teman merujuk pada referensi keagamaan yang dimiliki. Persoalan benarkah “1500 tamu” itu merujuk pada peserta kunjungan dari Kerajaan Arab, itu adalah persoalan lain yang nampaknya tidak perlu ditanyakan oleh para komentator. Begitu pula soal apakah Islam itu adalah Arab dan sebaliknya juga persoalan lain yang perlu di telisik lebih jauh kepada para komentator. Mungkin di lain kesempatan ada baiknya juga melakukan wawancara seksama untuk mengetahui kedalaman pemahaman soal Islam-Arab dan Islam-Ajaran-Nya.

Walaupun hal ini bisa diketahui dari prilaku ber-media sosial, unggahan-unggahan yang biasa dilakukan, hingga peer group yang sebenarnya tampil di halaman facebook masing-masing komentator. Setidaknya, dari data unggahan komentator beberapa bulan terakhir dapat terlihat isu apa yang paling menjadi perhatian dan dianggap penting oleh para komentator. Dari data tersebut setidaknya menjadi dapat dipahami mengapa mereka memberi komentar yang demikian terhadap unggahan pertanyaan saya.

Membiasakan Konfirmasi dan Memeriksa Informasi

Cepatnya perkembangan media sosial menuntut juga cepatnya penyesuaian prilaku dalam bermedia sosial. Kalau dahulu konfirmasi dan pemeriksaan informasi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan seorang jurnalis, hal ini nampak makin dibutuhkan juga dalam bermedia sosial. Setidaknya hal inilah yang menjadi alasan pemerintah merasa perlu mengendalikan Hoax yang menurut Kementerian Kominfo setidakya ada 800.000 media hoax yang beredar di jagad maya. Diantara juga merupakan media-media yang sering dikutip sebagai unggahan di media sosial.

Kelalaian dalam mengkonfirmasi dan memeriksa informasi yang dikonsumsi membuat kita akan semakin jauh dari bertindak dan bereaksi tepat terhadap keberadaan informasi. Dalam jangka panjang hal ini akan menggelincirkan masyarakat untuk mudah menghakimi informasi bahkan rentan terhadap keeratan sosial.

Semakin berkembangnya teknologi informasi, idealnya membuat masyarakat semakin mudah untuk mencari sumber informasi dan referensi yang tepat sebelum mengambil keputusan atau tindakan yang diperlukan. Kecuali memang informasi yang diunggah atau dikonsumsi memang diniatkan sebagai informasi untuk tujuan tertentu.

Membiasakan diri untuk mengkonfirmasi dan memeriksa informasi memang bukan perkara mudah, apalagi untuk bisa segera mengambil tindakan berupa komentar atau apapun bentuknya. Kebiasaan ini membutuhkan ketekunan dan disiplin serta kesabaran untuk tidak cepat-cepat mengambil tindakan sebelum konfirmasi dan sumber diketahui dengan jelas. Namun dengan kebiasaan melakukan konfirmasi dan pemeriksaan informasi yang demikian inilah dampak negatif dari media sosial dapat diminimalisir. Dengan cara ini kita bisa memelihara hak kebebasan informasi dalam iklim demokratis dimana semua orang berhak menyampaikan pikiran dan pendapatnya tanpa merusak keeratan sosial.

Emosi memang kadang datang lebih awal ketimbang pertimbangan rasional. Itulah kenapa unggahan yang saya lakukan menuai reaksi yang sarat emosi. Caci maki, hujatan dan labelisasi yang terlontar hanyalah reaksi awal sebelum komentator sempat untuk menggunakan pertimbangan rasional.

Kita memang semakin perlu membangun masyarakat untuk menjadi masyarakat informasi yang dengan sabar menekuni terpaan informasi sebelum bereaksi lebih jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun