Maka "Ali pun bangkit mendatanginya dan mendapatinya sedang berbaring. 'Ali k.w. bertanya, "Apakah kamu tidak mendengar panggilanku?"Â
Hamba sahaya itu menjawab, "Ya."
Ali k.w. Bertanya, "Lalu apa yang menghalangimu untuk menyahuti panggilanku?"Â
Hamba sahaya itu berkata, "Anda tidak akan menghukumku.Jadi, aku bermalas-malasan saja."Â
Ali k.w. kemudian berkata, "Pergilah dariku sebab aku telah memerdekakanmu karena Allah.
Seorang wanita pernah berkata kepada Malik ibn Dinar, "Kamu munafik."Â
Malik berkata, "Nyonya, Anda telah mengetahui namaku yang tidak diketahui oleh semua orang di Basrah."Â
Yahya ibn Ziyad Al-Haritsi mempunyai seorang hamba sahaya yang berkelakuan buruk. Kepadanya ditanyakan orang, "Mengapa kamu tetap memeliharanya?" Lalu Yahya menjawab, "Dia mengajariku kesabaran."
Jiwa-jiwa seperti ini dididik rendah hati oleh pendisiplinan sehingga akhlak mereka mencapai keseimbangan dan bersih dari segala sifat licik, korup, dan dengki. Sebagai hasilnya adalah sikap ikhlas terhadap segala yang telah ditakdirkan Allah Swt. Itulah puncak kebaikan akhlak. Sebab siapa pun yang membenci tindakan-tindakan Allah tentu tidak akan ikhlas terhadap-Nya. Inilah puncak keburukan akhlaknya. Tanda-tanda tersebut di atas muncul melalui aspek-aspek lahiriah orang-orang itu.Â
Maka, siapa pun orang yang pada dirinya tidak ditemukan tanda-tanda ini, hendaklah dia tidak menipu dirinya sendiri dan menganggapnya sebagai akhlak yang baik. Sebaliknya, hendaklah dia menyibukkan diri dengan upaya pendisiplinan agar dia berhasil mencapai tingkatan akhlak yang baik. Sebab sesungguhnya ia merupakan derajat yang tinggi yang tidak mungkin dicapai kecuali oleh Orang-Orang yang Didekatkan [al-muqarmban] dan Orang-Orang yang Jujur [al-shiddiqan]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H