Mohon tunggu...
San Edison
San Edison Mohon Tunggu... Jurnalis - Sahabat Pena

Pemuja Senja

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Pilihan

Pandemi Covid-19, Transformasi Digital Hingga KTT G20: Momentum UMKM Naik Kelas

14 November 2022   10:05 Diperbarui: 14 November 2022   10:12 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Work from home (kerja dari rumah), remote working (kerja jarak jauh), online learning (pembelajaran dalam jaringan), kini menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari masyarakat dunia.

Bahkan e-wallet (dompet elektronik), online grocery (belanja online), hingga telehealth consulting (konsultasi kesehatan jarak jauh), saat ini sudah menjadi tren.

Ya, kini semua sudah berubah. Semua serba teknologi, serba digital. Sebuah peradaban yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh masyarakat dunia.

Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, telah melapangkan hadirnya peradaban baru ini: peradaban digital. Tidak ada pilihan lain, dunia terpaksa harus beradaptasi dengan melakukan percepatan tranformasi dan adopsi digital.

Transformasi dan adopsi digital ini menjadi sangat penting, bukan hanya terkait pola-pola kerja dan kebiasaan sehari-hari yang serba baru. Sebab faktanya, hal tersebut juga menjadi kunci ketahanan perekonomian banyak negara di masa pandemi Covid-19.

Bahkan dalam salah satu laporannya, International Telecommunication Union (ITU) mengidentifikasi dan merangkum beberapa hasil riset yang menyimpulkan bahwa negara-negara dengan infrastruktur broadband yang memadai dan tingkat digitalisasi yang lebih tinggi cenderung mengalami penurunan PDB yang lebih minimal dan juga lebih mampu mengurangi dampak negatif pandemi Covid-19.

Masih dalam laporan yang sama, ITU juga mencatat bahwa pandemi Covid-19 telah meningkatkan lalu lintas internet secara signifikan di seluruh dunia dan mendapatkan kesimpulan bahwa negara-negara yang memiliki infrastruktur ultra-broadband lebih mampu bertahan dari perlambatan latensi dan kecepatan unduh.

Disparitas Digital Jadi Tantangan

Ketika tren digital semakin nyata dan bahkan berdampak positif bagi perekonomian selama pandemi Covid-19, sebagian besar negara-negara di dunia justru masih bergumul dengan disparitas digital (digital divide) serta rendahnya kapasitas dan kualitas jaringan broadband. Indonesia salah satunya.

Disparitas digital merujuk pada kesenjangan pemanfaatan teknologi digital akibat tidak meratanya akses terhadap konektivitas internet. Kesenjangan ini terjadi, salah satunya karena kondisi topografi dan geografi yang sulit sehingga belum terlayani jaringan konektivitas internet.

Kondisi ini disadari betul oleh pemerintah Indonesia. Itu sebabnya dalam beberapa tahun terakhir terutama selama masa pandemi Covid-19, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) secara perlahan memangkas disparitas digital ini dengan menggenjot pembangunan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Pemerintah misalnya telah melakukan serangkaian upaya menyambungkan jaringan telekomunikasi ke seluruh kepulauan Indonesia melalui investasi penyediaan infrastruktur pendukung di setiap level mulai dari backbone (proyek Palapa Ring), backhaul/ middle mile (proyek Satelit Satria), hingga last mile (penyediaan BTS).

Belum maksimal memang. Namun, setidaknya ada harapan besar beberapa tahun ke depan seluruh wilayah di Indonesia sudah terjangkau internet.

Berkah Bagi UMKM

Upaya pemerintah dalam hal pemerataan infrastruktur dan jaringan TIK ini, tentu akan membawa berkah bagi sektor bisnis, tak terkecuali usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
 
Ya, transformasi digital faktanya membuat sektor UMKM di Tanah Air mampu mencatatkan pertumbuhan yang signifikan, bahkan selama fase pandemi Covid-19 serta masih adanya disparitas digital.

Minimal selama pandemi berlangsung, transformasi digital menjadi semacam senjata ampuh bagi UMKM untuk sekadar bertahan. Bahkan banyak yang mengalami keterpurukan, namun dengan cepat beralih dan menyesuaikan diri ke dunia digital.

Buktinya, jika sebelum pandemi Covid-19 UMKM yang sudah digitally onboard berjumlah 9 juta, maka saat ini jumlahnya meningkat menjadi 21 juta UMKM. Ini kenaikan yang signifikan, meski secara keseluruhan baru 32 persen UMKM yang digitally onboard dari total 64 juta UMKM yang menyumbang 60 persen PDB Indonesia.

Tentu menjadi tugas pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya, dalam mendorong 68 persen sisanya untuk bisa memanfaatkan peluang-peluang di ruang digital atau menjadi go digital.

Minimal, pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur dan jaringan TIK, juga memperkuat sumber daya manusia dan literasi digital para pelaku UMKM.

Penguatan modal usaha bagi UMKM juga menjadi satu pekerjaan lain yang tidak bisa diabaikan. Sebab tidak semua UMKM memiliki modal yang cukup, termasuk untuk bisa digitally onboard.

Dengan valuasi ekonomi digital senilai 40 persen dari total valuasi ekonomi digital di Asia Tenggara, Indonesia tentu bisa menjadi 'surga' bagi UMKM. Tinggal bagaimana para pelaku UMKM memanfaatkan peluang ini, terutama dalam memperluas usaha dari sisi kualitas dan kuantitas.

Jika pemerintah memainkan perannya dengan baik, mulai dari penyediaan infrastruktur dan jaringan TIK hingga memberikan stimulus modal, dan di sisi lain pelaku UMKM juga mampu memanfaatkan peluang yang ada, maka bukan mustahil di masa depan UMKM Indonesia bisa bersaing di level global, bisa go international.

Isu Prioritas KTT G20

Peluang UMKM naik kelas semakin besar, apalagi transformasi digital juga menjadi salah satu pembahasan dari tiga isu prioritas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.

Bahkan pemerintah Indonesia, sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo, memperjuangkan hasil konkret dalam KTT G20 di Bali ini, agar memiliki manfaat bagi masyarakat Indonesia dan dunia.

Itu pula sebabnya, salah satu pembahasan Indonesia bersama negara anggota G20 adalah berkaitan dengan pemanfaatan teknologi digital untuk pelaku UMKM agar bisa bertahan dan mengembangkan usaha lewat go digital atau online.

Hal ini terekam dalam konsensus forum Digital Economic Ministers Meeting (DEMM), di Bali, pada 1 September 2022, yang merupakan puncak pertemuan Digital Economy Working Group (DEWG) G20 yang membahas tiga isu prioritas ekonomi digital.

Pertama, konektivitas dan pemulihan pasca Covid-19. Forum DEMM menyepakati agar penguatan konektivitas digital harus bersifat people center atau berpusat pada masyarakat. Selain itu, juga disepakati pentingnya keamanan digital sebagai kunci keberlanjutan bisnis.

Forum tersebut bahkan juga menyambut baik berbagai inisiatif Presidensi G20 Indonesia, seperti G20 Digital Innovation Network (DIN), G20 Digital Transformation Expo (GTE), hingga inisiatif small village dan small island.

Kedua, kecakapan digital dan literasi digital, dimana para anggota G20 juga berhasil menyusun 'alat ukur' terkait hal ini. Tujuannya untuk standardisasi indikator literasi dan kecakapan digital guna pengambilan kebijakan publik yang lebih objektif, serta mendorong kerja sama internasional dalam mengatasi gap antarnegara, menjawab tantangan masa depan digital.

Ketiga, arus data lintas batas negara. Forum DEMM mengakui upaya Presidensi G20 Indonesia yang menginisiasi tata kelola arus data. Tentunya, dengan rasa saling percaya, keadilan, dan transparansi.

Ketiga isu prioritas yang menjadi rumusan dalam dokumen DEWG ini akan menjadi masukan penting bagi Presiden Joko Widodo saat memimpin pelaksanaan KTT G20 di Bali.

Peran Bank

Selain pemerintah, terobosan dan inovasi lembaga perbankan melalui produk dan layanannya, juga sangat penting dalam mendukung langkah UMKM menuju digitally onboard.

Hal ini sebagaimana dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang telah eksis selama 127 (HUT127BRI). Bank plat merah ini terus melakukan transformasi digital, guna memberikan kemudahan bagi nasabah termasuk mendukung pertumbuhan UMKM Indonesia di era digital saat ini.

BRI bahkan menerapkan konsep hybrid bank, yakni bank yang menyediakan layanan konvensional dan digital secara bersamaan. Konsep ini membantu BRI dalam perbaikan bisnis proses, inovasi model bisnis dan tata kelola jaringan kerja yang memadukan digitalisasi, jaringan, serta layanan financial advisor.

Bahkan sejak tahun 2017 aktif melakukan transformasi digital, BRI telah menghasilkan berbagai layanan dan produk digital untuk menjawab kebutuhan nasabah, tak terkecuali UMKM.

Tiga di antaranya adalah BRI Application Programming Interface (BRIAPI); Ceria yang merupakan aplikasi pinjaman digital untuk pembiayaan di e-commerce; serta BRImo sebagai layanan mobile banking.

Sukses BRI melakukan transformasi digital ini tak terlepas dari tiga aspek penting, yakni brand image, trust, dan service quality. Pada tataran implementasinya, BRI juga menerapkan growth mindset, yang merupakan fondasi BRI dalam melakukan transformasi digital.

Bagi BRI, growth mindset yang benar-benar ditanamkan dalam kultur perusahaan, adalah pola pikir Insan BRILiaN yang terbuka terhadap tantangan, pendekatan baru untuk pemecahan masalah, hingga kritik yang membangun sebagai kesempatan untuk terus mengembangkan kemampuan.

Tak hanya transformasi digital, BRI bahkan memberikan ruang khusus bagi UMKM dengan kembali menyelenggarakan UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2022. Even yang berawal di tahun 2019 ini bertujuan untuk menampilkan hasil karya produk-produk terbaik UMKM Indonesia sekaligus mendukung pemerintah dalam gerakan bangga buatan Indonesia.

UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2022 akan menampilkan 500 UMKM, sekaligus menampilkan rangkaian program yang menarik dan bermanfaat, seperti 3D Virtual Expo, Business Matching, talkshow, bazaar online, hingga UMKM Awards.

Rangkaian program tersebut dirancang khusus sebagai upaya BRI mempertemukan UMKM di seluruh Indonesia dengan para buyer internasional. Hal ini diharapkan dapat mendorong peningkatan daya saing UMKM agar dapat menembus pasar internasional sekaligus menjadi momen kebangkitan UMKM Indonesia.

Jika sudah begini, BRI juga turut menjadi pahlawan (BRIPahlawanFinansial) bagi para pelaku UMKM, dalam upayanya untuk naik kelas di era digital ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun