Mohon tunggu...
Dhul Ikhsan
Dhul Ikhsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

"Confidence is fashion" Follow, coment, and like IG : @sandzarjak See you there.

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

Gim Elektronik, Mulai dari Dampak Negatif, Dukungan, hingga Atlet E-Sport

25 Oktober 2021   23:03 Diperbarui: 25 Oktober 2021   23:19 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu penyebab kenapa permainan elektronik dianggap memiliki dampak buruk bagi perkembangan anak adalah sifatnya yang adiktif.

John Hopson, seorang peneliti di bidang permainan elektronik di Microsoft Game Studio menjelaskan bagaimana seorang desainer permainan elektronik mengontrol prilaku penggunanya dengan beberapa stimulus dan penghargaan melalui strategi waktu dan tempat.

Penyandang gelar doktor di bidang perilaku dan otak itu kemudian menambahkan bahwa anak-anak dengan perilaku impulsif yang buruk, atau sulit menyesuaikan diri adalah kelompok yang rentan terhadap kecanduan gim elektronik.

Maka, saran yang diberikan adalah dengan keterlibatan orangtua dan lingkungan sekitar untuk membatasi kecanduan gim elektronik ini.

Namun yang menjadi menarik adalah, antara permainan tradisional dengan elektronik memiliki kemiripan dampak pada kecanduan anak untuk terus melakukan permainan. Mereka sesugguhnya beranggapan bahwa permainan adalah aktivitas tanpa batas. Karena, pada keduanya memiiliki stimulus dan reward yang diberikan saat melakukan tugas yang telah diberikan.

Perbedaannya adalah, kini, gim elektronik ditasbihkan sebagai olahraga yang disebut sebagai eSport.

Di Indonesia sendiri, eSport menjadi kian pesat. Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah yang memberikan ruang dan waktu bagi perkembangannya. Salah satunya, dengan menjadikannya salah satu cabang olahraga yang dapat dipertandingkan di penyelenggaraan pekan olahraga nasional hingga internasional.

Profesi sebagai atlet eSport kemudian ikut terangkat sebagai salah satu pilihan karier yang sangat menjanjikan. Berawal dari hobi bermain permainan daring, seorang pemain gim dapat memiliki penghasilan hingga ratusan juta rupiah, tatkala menjadi atlet eSport atau pemain game profesional.

Sebagai contoh, seorang remaja Amerika Serikat berusia 16 tahun, bernama Kyle Giersdorf, yang telah menjuarai kompetisi Fortnite World Cup 2019.

Sebagai pemain terbaik di ajang bergengsi tersebut, ia berhak membawa pulang uang tunai senilai Rp 42 miliar. Giersdorf pun menjadi atlet eSport individual, yang meraih hadiah terbanyak di skena kompetitif ini.

Bukti nyata lainya, datang dari dalam negeri, di mana dua orang pemain Mutiplayer Online Battle Arena (MOBA) asal Indonesia, ikut berpastisipasi di turnamen terbesar Dota 2, yakni The International 10. Mereka ialah Kenny 'Xepher' Deo dan Matthew 'Whitemon' Filemon.

Keduanya tergabung dengan organisasi eSports asal Korea Selatan, yaitu T1. Meskipun Xepher dan kawan-kawannya tidak berhasil melaju ke babak semi final dan grand final, kendati begitu, torehannya cukup memuaskan dengan menempati posisi kedelapan.

Tidak hanya sampai di situ, mereka berdua dan timnya, berhak memboyong hadiah sebesar USD 1 juta atau sekitar Rp 14 miliar. Angka yang sangat fantastis dan itu berasal dari hobinya bermain video game, tepatnya Dota 2.

Namun, tidak semua gamer tau bagaimana caranya jadi seorang profesional. Jika kalian seorang gamer dan ingin jadi atlet eSport profesional, kalian bisa mengasah skill di akademi eSport. Akademi menjadi tempat terbaik untuk mengasah skill seorang gamer yang ingin menjadi atlet eSport.

Salah satu akademi eSport yang saat ini sedang mencari calon atlet eSport profesional adalah LEAD (Limitless ESport Academy) by IndiHome. LEAD merupakan akademi eSport dengan konsep athlete enablement, yaitu memberdayakan dan melatih seorang gamer (player) yang semula bermain game sebatas hobi, menjadi profesional player (pro-player) yang bermental atlet. 

Masyarakat Indonesia yang berusia minimal 16 tahun dapat mendaftar untuk bergabung di akademi eSport tersebut. Gratis, tidak dipungut bayaran apapun. Asalkan WNI dan memiliki KTP ataupun identitas diri lainnya dapat mendaftar dalam perekrutan tersebut.

Akademi eSport ini mengusung semangat berlatih tanpa batas dan berkomitmen untuk mendukung ekosistem eSport tanah air menjadi olahraga yang positif dan menjanjikan. LEAD merupakan kesempatan yang sangat baik bagi para pemain game online tanah air untuk meningkatkan keahliannya dan menjadi atlet eSport profesional yang berprestasi. 

Kurikulum yang akan diberikan di LEAD berbentuk mentorship dan tidak terbatas pada aspek teknis saja, tetapi juga aspek mentalitas dan akan diajarkan serta dilatih bagaimana cara agar tetap sehat secara fisik.

Para pemain game online tanah air dapat langsung mendaftarkan diri melalui form registrasi yang ada pada laman resmi akademi eSport tersebut. Tahun ini adalah pertamakalinya akademi eSport ini mencari calon-calon atlet eSport profesional untuk dibina dan difasilitasi sampai menjadi atlet eSport profesional yang berkiprah di kancah nasional maupun internasional. Angkatan pertama ini dibuka untuk game League of Legend Wildrift.

Ada tiga tahap yang harus dilalui oleh para gamer setelah mendaftar di LEAD, yaitu tahap kualifikasi, pengembangan dan tahap kelulusan. Pada tahap kualifikasi, gamer yang tersaring akan diseleksi melalui turnamen hingga terpilih 8 tim terbaik atau 40 orang calon atlet eSport. Dan ini bukan akhir dari tahap kualifikasi. Kualifikasi akan berakhir dengan terpilihnya 14 orang calon atlet eSport yang maju ke tahap selanjutnya yaitu tahap pengembangan.

Pada tahap pengembangan, 14 orang calon atlet eSport itu akan mendapat training advance dan akan dilatih sampai ke tahap terakhir, yaitu tahap kelulusan. Pada tahap kelulusan inilah, ke-14 calon atlet eSport terpilih tersebut akan dibagi ke dalam dua tim yang akan bertanding dalam ajang showcase performa di turnamen invitational pada tanggal 16 Januari 2022 mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun