Mohon tunggu...
Dhul Ikhsan
Dhul Ikhsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

"Confidence is fashion" Follow, coment, and like IG : @sandzarjak See you there.

Selanjutnya

Tutup

Money

ICONNET, Sinergi BUMN, dan Utang PLN

7 Juni 2021   11:26 Diperbarui: 7 Juni 2021   15:33 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Internet. Sumber : Lars Kienle (unsplash)

Sepanjang 2008 hingga tahun 2020 teknologi internet berbasis kabel listrik (broadband over powerline) tak jua mendapat sambutan baik di pasaran. Maka, pada tanggal 1 Juni kemarin, layanan internet PLN kembali hadir dengan nama baru. Transformasi ICONNET hadir atas optimisme meningkatnya pengguna fixed broadband internet tanah air.

Tercatat bahwa di tahun 2020 peningkatannya mencapai hingga 15 persen. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan di era adaptasi kebiasaan baru. Internet menjadi salah satu kebutuhan utama bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang bekerja remote di rumah, dan pelajar yang menjalani pembelajaran jarak jauh. Sungguh menjanjikan.

Hitung-hitungannya adalah pada akhir Juni 2020 pelanggan PLN diangka 77,19 juta, yang tersebar hingga ke seluruh Indonesia. Rasa penasaran tentu bukan alasan mereka untuk serius menggarap di segmen yang sama.

Konsisten terhadap diversifikasi usaha sejatinya dapat meningkatkan kapasitas hutang, dan mengurangi resiko kebangkrutan. Apalagi kalau diversifikasi berfokus di dalam ceruk yang sepenuhnya belum banyak tergarap.

Kembali ke PLN, alih-alih mengembangkan pasar potensial mereka di wilayah pedesaan dan wilayah terpencil lainnya, mereka menggarap kota-kota besar dengan pendekatan harga yang miring. Hal ini bertolak belakang dengan visi mereka pada tahun 2008 lalu.

Kehadiran ICONNET di awal bulan Juni ini juga mendapat tantangan, karena pada Kamis (25/6/20210) kemarin PLN mengaku memiliki utang sebesar Rp500 trilyun. Publik akan mengira PLN menjadikan salah satu entitasnya sebagai pengeruk uang demi menutupi tagihan hutang.

Kondisi semacam ini memang pelik. Akan tetapi melawan saudaranya sendiri juga tidak akan hadir solusi. Menurut hemat kami, sebaiknya dilalui dengan pola sinergi bersama BUMN lainnya. Membangun persaingan sesama perusahaan negara hanya menjadikan ekosistem BUMN menjadi tak sehat.

Bukankah Badan Usaha Milik Negara sejatinya hadir untuk menjaga sumber-sumber penting milik bangsa untuk kepentingan rakyatnya? Maka ada baiknya kedua perusahaan tersebut duduk kembali berembuk untuk mengatasi perihal ini, karena ada rakyat di bawah mereka untuk dilayani.

Sinergi yang sekiranya terbangun tidak hanya memperkuat perusahaan negara yang terkait dari sisi usaha, tapi juga dalam bidang sosial, terutama perihal pemenuhan kebutuhan internet bagi warga hingga ke perbatasan negeri.

Dari 200 juta-an rakyat Indonesia, 8 juta nya sudah menjadi pelanggan IndiHome. Brand milik Telkom Indonesia tersebut sudah menjadi top of mind. Jaringan fiber optic IndiHome telah menjangkau 496 kota/kabupaten (96,5%), 5.115 kecamatan (72,1%), dan 34.285 kelurahan/desa (42%). Artinya terdapat ceruk kosong untuk dimanfaatkan ICONNET mewujudkan pemerataan akses internet, baik dengan bisnis model sendiri atau dengan sinergi bersama Telkom Indonesia. Hal ini juga yang menjadi pesan Presiden Joko Widodo terkait pemerataan jaringan digital nusantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun