Mohon tunggu...
Dhul Ikhsan
Dhul Ikhsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

"Confidence is fashion" Follow, coment, and like IG : @sandzarjak See you there.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gak Dikasih Kendor : Kontribusi GO-FOOD Festival Hingga Mitra Kemudi Bagi UMKM Nasional

3 Juni 2018   23:57 Diperbarui: 10 Juli 2018   16:47 1848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengusaha akan mencari tahu seberapa besar respon massa atas produk yang akan dipasarkan.

“Tes Ombak” istilahnya; adalah sebuah upaya yang dimaksud di atas. Begitu juga apa yang diakui Nadiem Makarim, pendiri GO-JEK itu melalui layanan GO-FOOD-nya melakukan uji coba festival kuliner selama sebulan di Mal Pasaraya, Jakarta Selatan, pada 19 Desember 2017 lalu.Uji Coba GO-FOOD Festival

Manajemen GO-JEK menyadari 80 persen merchant partner GO-FOOD merupakan pengusaha kuliner yang masuk kategori pengusaha kecil dan menengah (UMKM). Dalam laporan kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia ditemukan kesimpulan dimana pendanaan, SDM, dan pengetahuan bisnis pelaku UMKM menjadi ganjalan yang sering ditemui mereka.

Lokasi adalah bagian dari mata rantai distribusi yang paling diperhatikan pemasar. Produk boleh murah tak terkira, bentuk produk juga boleh membuai mata, tapi kalau susah dijangkau orang lain, siapa yang mau beli?

Namun, di zaman sekarang tidak perlu khawatir. Telepon pintar seharga kacang; semua orang bisa beli. Pulsa sepuluh ribu rupiah mudah dicari. Kuota internet sangat bervariasi. Digitalisasi industri merebak menjadi tren hidup masa kini. Masalahnya sekarang, orang makin tak sabaran.

Perubahan psikologis konsumen ini bukan main-main. Fakta, bahwa konsumen semakin instant mencari barang atau jasa. Terberkati lah Internet of Things (IoT).

Akan tetapi, kemudahan semacam ini memiliki efek balik. Tingkat kesabaran konsumen makin tergerus, dikarenakan ekspektasi logis kedatangan barang atau jasa yang juga ikut terpangkas.  

Lagi-lagi, distribusi menjadi sedemikian krusial. Jika calon pembeli tidak segera mendapatkan barang yang dicarinya dalam tempo sesingkat-singkatnya, produk pun dicampakkan begitu saja.

Contoh paling kekinian adalah pemesanan menu makan via on-demand mobile platform. Kita sama-sama tahu berapa banyak pesanan GO-FOOD yang ter-cancel akibat lamanya pengantaran mitra kemudi mereka. Salah satu permasalahannya adalah jauhnya jarak pemesanan.

Perihal ini justru memberikan dampak buruk mitra kemudi GO-JEK; biaya pesanan pelanggan tidak dibayar akibat sang pemesan membatalkannya secara sepihak.

Upaya mendekatkan pelanggan dengan merchant mereka bagian dari solusi persoalan tersebut.

Upaya Pengembangan UMKM

Syahdan, dari sekedar mendekatkan merchant dengan calon pembeli, GO-FOOD festival memperluas konsepnya untuk mengembangkan peran UMKM Indonesia di bidang kuliner.

Platform yang telah diunduh lebih dari 70 juta itu lebih memilih bidang tersebut karena kuliner menjadi penyumbang PDB ekonomi kreatif terbesar di Indonesia. Secara statistik, nilainya mencapai 383 Triliun Rupiah, atau total sebesar 41,40%.

Layanan yang hadir mulai April 2015 ini sekarang telah tumbuh menjadi yang terbesar di dunia di luar Cina dan bekerja sama dengan 150 ribu merchant di berbagai kota di Indonesia. Uji coba GO-FOOD festival pun menggunakan konsep food court atau pusat jajanan serba ada (pujasera).

Senafas misi GO-JEK untuk menghadirkan dampak sosial yang lebih besar dan lebih luas, mereka memberikan kemudahan dari sisi biaya sewa booth dan jasa pelayan. GO-JEK juga menyiapkan seluruh kebutuhan peralatan masak merchant yang ikut serta.

Fokus utama perusahaan yang didirikan Nadiem Makariem ini memang memiliki fokus untuk memberdayakan para pekerja sektor informal di Indonesia.

Dari data yang dikumpulkan melalui uji coba GO-FOOD festival kemarin tercatat penjualan secara offline dan online mencapai 50 sampai 100 order per hari, dengan jumlah pengunjung mencapai 4000 orang. Hitungan data tersebut didapat dari rata-rata dua minggu pelaksanaannya.

Penghitungan dilakukan terhadap 30  top merchant GO-Food yang ada di kawasan Jabodetabek. “Tes Ombak” dinilai memuaskan.

Penetrasi Kegiatan

Mengingat keberhasilan uji coba GO-FOOD Festival di Mal Pasaraya Grande kemarin, PT Aplikasi Karya Anak Bangsa merambah kegiatannya ke beberapa wilayah, seperti : Bekasi, Bogor, dan kawasan Gelora Bung Karno, Senayan.

0-harkulnas-dan-gbk-go-food-festival-4-5b448226caf7db2ff55b4925.jpg
0-harkulnas-dan-gbk-go-food-festival-4-5b448226caf7db2ff55b4925.jpg
Untuk mengisi kegiatan santap makan di tempat, festival diisi dengan atraksi dan pertunjukan menarik di setiap akhir pekan. Ada acara menonton film bareng, live music, serta kegiatan kreasi dan bermain untuk anak-anak. Konsep kegiatan dibuat sedemikian nyaman selama melakukan kunjungan.

GO-FOOD Festival saat ini sudah diperluas ke 10 lokasi di 8 kota di Indonesia. Berdasarkan data ter-update dari mereka; dari 6 lokasi yang sudah ada, rata-rata per bulannya bisa mencapai hingga 50 ribu transaksi di tiap lokasi.

Festival ini menghadirkan dukungan marketing, branding, bagi pelaku UMKM, dan armada pesan-antar oleh mitra pengemudi GO-JEK. Dengan demikian, satu program mampu menyentuh beberapa maslahat.

Perluasan skala bisnis dengan modal minim ini tidak hanya memiliki dampak bagi mitra merchant tetapi juga mitra kemudi, sehingga berdampak pada ekosistem ekonomi lokal.

Rangkuman sukses program mereka tandai dengan langsung menginisiasi Hari Kuliner Nasional (Harkulnas) GO-FOOD yang berlangsung tanggal 5-13 Mei 2018. Pembukaannya dilakukan bersamaan dengan dimulainya GO-FOOD Festival di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan.

Dipilihnya Kota Jakarta sebagai lokasi GO-FOOD Festival terbesar karena kota ini merupakan pusat pertemuan beragam tradisi dan kebudayaan dari seluruh Indonesia, termasuk kuliner. Artinya, keberhasilan kegiatan ini di Jakarta menjadi semacam tolak ukur keberhasilan di kota-kota lain.

Pada tahap awal, sudah ada UMKM dari 14 kota di Indonesia yang bergabung di GBK GO-FOOD Festival, dari Indonesia barat sampai ke timur. Diharapkan, merchant-merchant yang berasal dari daerah lain bisa membuka cabang di Ibu Kota sehingga makin dikenal masyarakat luas.

Penutup

“Bila kita melihat data per kota, kontribusi merchant UMKM terhadap perekonomian daerah juga signifikan,” terang I Dewa Gede Karma Wisana PhD.

Ungkapan tersebut lahir dari hasil kajian yang dilakukan LD FEB Universitas Indonesia di 9 kota Indonesia. Lembaga penelitian tersebut berusaha mengungkap kontribusi merchant GO-JEK terhadap perekonomian nasional.

Sepanjang tahun 2017 ditemukan angka lebih dari Rp 1,7 triliun kontribusi merchant GO-JEK.

“Contohnya, di Jakarta, kontribusinya mencapai Rp 302 milyar, dan di Medan mencapai Rp 118 miliar. Untuk kawasan Jabodetabek sendiri, yang menarik adalah 83.3% mitra UMKM mengalami peningkatan volume transaksi setelah menjadi mitra ekosistem GO-JEK, dan lebih dari 43% mengalami kenaikan klasifikasi omzet,” lanjut peneliti LD FEB UI.

Pada akhirnya, niat baik memerlukan perencanaan yang baik pula agar didapatkan manfaat yang berguna bagi banyak pihak.

Sepanjang kita berkarya untuk maslahat orang lain, sepanjang itu dapat dikembangkan lebih baik lagi hingga hasil maksimal. Bisa dimulai dengan “Test Ombak” yang dilakukan GO-JEK, lalu terus dikerjakan tanpa diberi kendor.

Keberhasilan UMKM tidak akan terjadi tanpa dukungan platform. Namun GO-JEK juga membutuhkan mitra kemudi sebagai bagian ekosistem bisnis nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun