Terkecuali pada bagian humornya.Â
Pada bagian itu, akting David Oyelowo mampu menghibur penonton beberapa kali. Ia mampu menjiwai pribadi Harold yang naif dan berpikir lurus. Humor yang dibawakan tidaklah segelap warna kulitnya.
Namun berbeda dengan karakter-karakter pendukung film. Sejumlah kalimat sarkastik sangat jelas mengemuka dari lidah mereka. Istilah-istilah taboo muncul silih berganti mulai dari hal yang rasis, seksis, kritik sosial dan keyakinan agama, hingga kematian. Hal-hal itu yang menjadikan "Gringo" sebagai representasi film dark comedy.
Penutup
Sekilas, isi cerita "Gringo" mudah sekali dicerna dan simple. Seandainya dibandingkan dengan film komedi pada umumnya, "Gringo" justru membutuhkan pemaknaan yang sangat mendalam.
Dalam perspektif penulis film dengan total pendapatan US$ 8.7 juta ini berhasil mengangkat kritik kebijakan Trump mendirikan tembok pembatas di wilayah perbatasan, di San Diego. Alih-alih menjadikan imigran Meksiko sebagai karakter antagonis, kedatangan pengusaha Amerika Serikat ke negara yang terkenal sebagai paling mematikan kedua sejagat itu justru sebagai biangnya masalah.
Jika memang benar demikian adanya, tidakkah Meksiko lebih berhak membangun tembok pemisah untuk mengawasi kedatangan pengusaha bejat dari negara adikuasa tersebut?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H