"Bapak mau kemana?"
"Ke Priok."
"Oh, ada kok pak bus yang langsung ke priok."
"Tapi dia lewat halte bus Trans, bukan?"
Mereka memandang satu sama lain, lalu menjawab, "Gak tau ya, pak. Mending nunggu bus jurusan Priok, pak. Di situ!" Mereka menunjuk ke arah fly over.
"Iya pak, saya tau. Tapi saya maunya naik bus Trans Jakarta yang koneksi ke halte busway. Ada gak?" Saya tekankan keinginan saya.
Dengan cengengesan mereka menjawab, "Aduh, saya gak tau pak. Coba tanyakan ke Satpol PP."Â
Seorang petugas berbaju coklat gelap mendekat. "Terima kasih, pak," saya segera pamit dan mendatangi petugas yang dimaksudkan mereka. Ketika saya tanyakan hal yang sama kepadanya, jawabannya pun tidak jauh berbeda dengan yang lain: "tidak tahu". Mereka tidak tahu di mana, bahkan tidak tahu seandainya ada bus berkoneksi langsung dengan halte Trans di Brother Land ini.
Mata saya menatap ke seberang timur Jalan Jati Baru Raya dan menemukan bus yang dimaksud. Akhirnya!
Sebuah bus berukuran 3/4 berdiri sendiri terparkir di sebelah kanan trotoar jalan dekat Taman DPU Jati Baru Pangkalan 640. Ia seakan menanti penumpang datang dengan bermain bersama bocah-bocah lokal. Armada biru tersebut adalah salah satu bus pengumpan jurusan Pasar Minggu-Tanah Abang yang punya rute pemberhentian di halte busway Sarinah. Beberapa wanita masuk melalui pintu depannya. Kami pun ikut menyusul dan mengambil bangku paling belakang.
Pukul lima sore lewat tiga puluh menit bus berangkat meninggalkan pangkalan. Kami pulang dengan kelelahan.