Mohon tunggu...
Dhul Ikhsan
Dhul Ikhsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

"Confidence is fashion" Follow, coment, and like IG : @sandzarjak See you there.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dua Hari Mengeksplorasi "Tanah Abang Explorer" (Day 1)

6 Januari 2018   21:15 Diperbarui: 8 Januari 2018   04:57 1680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PKL memenuhi halte bus Blok E Tanah Abang

"Kalau beberapa tahun ini sih, gak separah kayak yang dulu. Sekarang nih, masih agak sepi. Mungkin karena masih liburan tahun baru." Jelasnya.

Saya pun langsung bertanya ke pokok misi saya ke Tanah Abang, "Program yang PKL itu makin bikin parah kawasan ini gak sih, pak?"

"Sama aja sih, pak. Gak ada perubahan. Kalau macet, ya macet aja kayak biasa."

Padatnya jalanan di Blok A pun mulai berkurang selepas mobil kami berbelok ke arah Blok E. Sang supir menurunkan kami di haltenya yang dipenuhi PKL. 

Pedagang-pedagang itu terlihat menggelar barang dagangannya secara acak. Tapi yang saya sesalkan adalah, ada dari mereka yang memonopoli bangku halte untuk berjualan. Kami pun musti berdiri menunggu datangnya Bus Tanah Abang Explorer.

PKL memenuhi halte bus Blok E Tanah Abang
PKL memenuhi halte bus Blok E Tanah Abang
Beberapa menit kemudian, bus yang ditunggu pun datang. Kedua pintu bagian kirinya terbuka elegan. Kami pun masuk dari pintu belakang, dan baru saya ketahui bahwa pintu tersebut difungsikan bagi penumpang yang turun. Sedangkan bagi yang ingin masuk, wajib menaikinya di pintu depan. Saya rasakan tatapan penumpang dan petugas bus mengarah ke saya. Maafkan ketidaktahuan saya ya, wahai sedulur..

Pemberhentian terakhir bus kami tepat di depan tangga stasiun Tanah Abang. Segera setelah turun saya mengabadikan bus explorer pertama yang melayani saya. Baru saja memotretnya sekali, di belakang saya terdengar bisikan seseorang, "foto yang itu juga, tuh..".

Saya mencari-cari spot yang dimaksud bisikan orang yang sambil lalu itu, dan saya temukan seorang pengemis berjongkok di depan tangga, sementara kedua orang anaknya bermain bebas di trotoar.

Apakah di lokasi ini banyak pengemis? Hati saya bertanya-tanya. Ternyata tidak. Sepanjang saya menelusuri trotoar dan jalan yang dipakai PKL dengan tenda merahnya itu, tidak saya temui para peminta-minta ataupun pengamen mengganggu pengunjung dan pedagang di sana.

Meski langit dihinggapi panas terik, pengunjung tak kehilangan semangat berbelanja di tenda-tenda PKL di depan stasiun Tanah Abang itu. Sepertinya, kawasan ini menjadi surga belanja. 

Selain dari mereka ada pedagang asongan keliling yang menjajakan makanan ringan dan minuman dalam kemasan botol. Saya juga sempat masuk agak ke dalam demi mencari rok anak kecil seumuran 9 tahun. Lalu, saya balik menelusuri sepanjang ruas jalan yang digunakan PKL tenda merah untuk mencari topi yang diingini keponakan saya. Sayangnya, tidak ketemu.

Penuhnya pengunjung tenda merah PKL Tanah Abang
Penuhnya pengunjung tenda merah PKL Tanah Abang
Kemudian saya agak terkaget ketika ada motor membelah kerumunan pembeli di sana. Motor itu ternyata milik salah satu pedagang yang ingin keluar menuju Blok G. Memangnya diperbolehkan, ya?Saya kemudian menghindari motor tersebut dan keluar dari sana dengan melompat verbooden; menyebrang ke trotoar jalan.

Pasar tetaplah pasar. Sentral perputaran uang di mana semua orang ingin mendapatkannya meski hanya berupa cipratan rupiah. Konsep yang dibangun oleh Pemerintah Daerah DKI saat ini memang terlihat sedikit berantakan, meski idenya cukup menguntungkan PKL dan pedagang asongan, atau yang disebut pedagang kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun