"Ada Bus Trans," dengan logat Bataknya yang khas.
Menunggu bus koridor satu di waktu jam istirahat siang memang menguras kesabaran. Sepanjang menggunakan layanan Trans Jakarta dari pertama kali hingga sekarang, bus tersebut kebayakan hanya 'selonong bae'. Ada mungkin lebih dari 3 bus jurusan Kota-Blok M yang tidak menghiraukan calon penumpang mereka yang penuh mengantri. Entah kenapa?
30 menit menunggu semenjak pukul 12 siang, dan akhirnya kami dibukakan pintu memasuki bus. Perjalanan menuju Sarinah tidaklah sampai 15 menit. Lalu, kembali kami harus menunggu lama bus rute Pasar Minggu - Tanah Abang. Ini benar-benar membosankan. Sampai-sampai keponakan saya selalu nyerocos tiap kali ada armada datang.
Tiba-tiba seorang bapak nyeletuk di belakang, "lama-lama busway bikin kesal juga, ya."
Orang-orang yang mengantri di pintu dua terdepan halte Sarinah memandangnya. "Bapak mau kemana?" saya tanya.
"Tanah Abang."
"Saya juga." Kami pun hanya saling lempar senyum setelah itu, dan tidak melanjutkan komunikasi.
Waktu menunjukkan hampir pukul 13.30 Wib. Menunggu lagi hingga kedatangan bus  di pukul 2 siang adalah sebuah kesia-siaan bagi saya. Jadilah saya berinisiatif turun dari halte dan mencari taksi ke lokasi yang dituju.
Saat taksi biru kami mendekati Blok A, Pasar Tanah Abang, saya mengeluhkan kemacetan yang terjadi di sana.
"Ini mah masih mending, pak." Seru sang supir.
"Memang biasanya parah ya, pak?"