Mohon tunggu...
Dhul Ikhsan
Dhul Ikhsan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

"Confidence is fashion" Follow, coment, and like IG : @sandzarjak See you there.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Lagu "Akad" Payung Teduh dan Kisah Romansa "Zaman Old"

15 November 2017   12:09 Diperbarui: 18 November 2017   21:37 5401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber dokumentasi: Facebook payungteduhofficial

Saat pertama kali melihatnya di YouTube, saya tidak langsung memutarnya; video musik "Akad" - Payung Teduh sudah mencapai penonton hingga puluhan juta. Amazing. Hal tersebut dikarenakan saya merasa sudah mengerti muatan yang disampaikan grup musik indie favorit saya itu ke dalam lagunya. Jadi, tidak perlu terburu-buru.

Hingga di suatu saat, saya menyaksikan caption berita yang mengulas kritikan massa kepada lagu keluaran baru band Payung Teduh tersebut. Diiringi rasa penasaran, saya malah tergopoh-gopoh mencari konten video "Akad" lalu memutarnya.

Telinga saya mengenal setiap lagu Payung Teduh dengan irama yang khas. Melodinya romantis disertai dengan varian not yang anti-mainstream. Bergerak melipir di not-not rendah lalu meloncat tinggi satu oktaf; itulah ciri khas Payung Teduh. Namun lagu berjudul "Akad" agak berbeda. Jika saya sering mendengar unsur keroncong di lagu-lagu sebelumnya, kali ini Payung Teduh terdengar begitu nge-jazz.

"Akad" bisa jadi hadir dengan kontroversi karena muatan lirik, judul, dan video klip-nya. Kenalan saya mengatakan liriknya tidak bisa dimengerti dan jalan cerita video klipnya tidak jelas.

Lebih buruk lagi, beberapa media mengutip kritik terhadap lirik "Akad" yang katanya mengalami penurunan kualitas. Sedangkan di bagian judul lagu, menunjukkan pertanda libido anak muda yang nafsu mau nikah, dsb.

Tapi bagi saya, lirik lagu ini justru membangkitkan kisah romansa kedua orang tua saya yang sering mereka sampaikan jika ada waktu berkumpul bersama keluarga. Kisah mereka tersimpan baik di memori pikiran anaknya ini dan menguar seketika saat lirik terbaru band Payung Teduh mengalun dengan dinamika lembut.

Ode Untuk Romansa Ayah-Bunda

Meski sering berbantah-bantahan saat bercerita, satu yang pasti : Nyonya keluarga kami tidak pernah sekalipun bertemu suaminya kala ia masih muda. Ketemunya, ya pada saat di pelaminan.

Ibu saya terkenal manis; maka dari itu ia dijuluki Te'ne yang dalam bahasa Luwu berarti "gadis manis". 

Saat hendak merantau ke ibukota, ia pernah berpesan kepada pria yang pernah menjadi pujaan hatinya untuk segera melamar jika memang sekiranya serius. Tujuannya datang ke Jakarta memang untuk mengadu nasib. Namun justru nasib lain tak dapat dihindari : ibu saya bertemu jodoh yang sesungguhnya.

"Namun bila kau ingin sendiri, cepat-cepatlah sampaikan kepadaku. Agar ku tak berharap, dan buat kau bersedih."

Ayah saya adalah seorang pelaut dan sempat mengalami masa-masa sulit paska ditinggal cerai oleh istri pertamanya di Surabaya. Rasa cinta kepada mantan istrinya yang cantik itu serasa tak berujung dan tak kesudahan. Hingga ia memutuskan tinggal di Jakarta bersama keluarga adiknya.

Suatu ketika ayah saya bersama iparnya datang berkunjung ke rumah salah satu kenalan dari desa sebelah, dan melewati ruang dapurnya yang tengah penuh itu. Meski disesaki orang, mata ayah saya mampu menangkap wajah manis seorang gadis dari desa Bajo, Luwu, Sulawesi Selatan. Sungguh keterlaluan kiranya jika saya mengatakan ia tidak terpesona; karena seketika itu juga ia berkata kepada iparnya sendiri berniat menikahi sang gadis.

Sepulang dari berkunjung, di hari itu juga, keluarga ayah saya heboh. Setelah mengalami patah hati yang cukup parah, akhirnya ia membuka hati kepada seorang gadis yang belum pernah eksis selama ini.

Dibentuklah tim mak comblang yang dipimpin adiknya. Mereka pun datang ke rumah yang menjadi kenalan sang kakak.
Diketahuilah saat itu bahwa rumah tersebut milik bibi dari sang gadis. Dipantau gerak-gerik sang gadis - didekati - lalu diajak bicara barang sebentar - disetujui - lalu dibicarakan secara kekeluargaan dengan keluarga bibinya. Cepat bukan? Ibu saya saja mengaku tak tau adanya konspirasi tersebut.

Meluncurlah sebuah surat pinangan rahasia yang berbunyi, "Ada pemuda kenalan saya ini yang mau melamar anak kamu. Terima segera! Dia pemuda baik-baik." Begitu isi yang dibaca ayah sang gadis di kampung. Namun beberapa hari kemudian, surat pinangan lain datang dari pujaan hati si Te'ne. Dilematis.

Kakek saya secara pribadi punya standar etika. Secara umum, pinangan pertama yang datang adalah pinangan yang lebih dulu diproses. First come, first serve. Kala itu, kakek saya tidak langsung menyetujui pinangan ayah saya karena belum pernah bertemu sebelumnya. Kemudian datang ayah saya bersilahturahim ke kampung dan dengan tegas mengajukan lamaran resmi. Gentlemen banget lah, pokoknya.

Lamaran ayah saya pun diterima dengan baik oleh keluarga ibu saya.

"Bila nanti saatnya t'lah tiba, ku ingin kau menjadi istriku. Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan; berlarian kesana-kemari dan tertawa."

Apakah ibu saya tidak bahagia karena dinikahi bukan oleh pujaan hatinya? 

Ibu saya telah mendampingi suaminya selama 40 tahun serta memiliki enam orang anak, dan tiga orang cucu. Jika dinilai secara kuantitatif tentu bahagia. Jika dinilai secara kualitatif, ibu saya tidak pernah sekalipun kabur ke pria lain atau memaksa minta dicerai seperti prilaku istri pertama ayah saya.

Hingga suatu ketika, di akhir tahun 2013, ponsel saya berdering dan memberitakan kematian kepala keluarga kami. Sidang skripsi saya pun musti ditunda demi kondisi yang saya alami. Pagi berikutnya setelah dikebumikannya ayah saya, ibu bercerita mengenai detik-detik terakhir meninggalnya pria itu.

Ayah saya meminta disuapi barang beberapa sendok nasi oleh istrinya. Ibupun menyanggupi. Dimintanya untuk ditemani istirahat siang bersama; Ibu juga menyanggupi. Di atas alas tidur yang telah dirapihkan, ayah saya tidur dalam dekapan wanita yang telah menjaganya puluhan tahun. Dalam pelukannya pula, ayah saya menghembuskan nafas terakhir.

"Namun bila saat berpisah t'lah tiba, ijinkan ku menjaga dirimu. Berdua menikmati pelukan di ujung waktu. Sudikah kau temani diriku?"

Official Music Video "Akad" by Payung Teduh :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun