Mohon tunggu...
Sandy Gunarso
Sandy Gunarso Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Komunikasi

Berhenti memuaskan orang karena kepuasan tiada batasnya

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Mengendalikan Ketakutan Anak pada Kegelapan

22 April 2023   01:47 Diperbarui: 23 April 2023   16:26 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang anak mengalami ketakutan di saat berada dalam kegelapan sepertinya menjadi sesuatu yang biasa dalam kehidupan. 

Saat orangtua mengetahuinya, sebaiknya orangtua tidak lantas berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan ketakutan sang anak pada kegelapan melainkan mengendalikan supaya mereka dapat beraktivitas meski dalam suasana gelap.

Umumnya, anak-anak hanya merasakan ketidaknyamanan saat berada dalam kegelapan. Mereka merasa seperti sedang diawasi oleh orang asing yang tidak dikenal atau merasa ada makhluk lain berupa hewan menjijikan, seperti kecoa, hewan menyebalkan, seperti tikus, bahkan terkadang anak berpikir jika mereka merasakan kehadiran hewan buas, seperti harimau yang akan menerkamnya.

Orangtua biasanya menganggap ketidaknyamanan ini sebagai perasaan takut. Padahal ketidaknyamanan pada anak sama sekali tidak berhubungan dengan perasaan takut. Kedua perasaan ini sangat berbeda satu sama lain.

Saat anak merasakan ketidaknyamanan pada kegelapan, mereka masih bisa beraktivitas, hanya saja gerakannya sedikit lebih lambat dibandingkan saat berada pada suasana terang. Namun, saat anak merasakan ketakutan pada kegelapan, umumnya, mereka cenderung diam, berhenti bergerak, menangis, dan berteriak.

Untuk menghilangkan ketidaknyamanan bahkan ketakutan anak pada suasana gelap ini harus dimulai dari kelakukan orangtuanya. 

Mereka harus menghentikan cerita-cerita konyol seperti makhluk-makhluk aneh dan kejam yang muncul dalam gelap atau hewan malam yang buas, seperti ular, tikus, kecoa, atau kelelawar. 

Ingat! Ucapan orangtua itu sangat mudah masuk ke dalam alam bawah sadar anak. Meskipun orangtua berdalih bercanda, tetapi cara bercanda itu akan sangat merusak mental anak di masa depan.

Prinsipnya hanya satu. Anak harus berani beraktivitas pada setiap kondisi hidupnya, baik itu di saat terang maupun di saat gelap.

Caranya sangat mudah bagi orangtua yang ingin melatih anaknya supaya mereka memiliki kemampuan mengendalikan rasa tidak nyaman atau ketakutannya akan gelap. 

Ada tiga tahapan yang harus dilakukan orangtua selama melatih anak-anaknya.

1. Orangtua mengajak anak merasakan kegelapan secara langsung di dalam rumah

Latihan pertama ini harus dilakukan orangtua pada anak-anaknya secara langsung di rumah. Matikan lampu di seluruh rumah seperti saat mengalami pemadaman listrik oleh PLN. Kemudian, orangtua mengajak anak untuk menikmati suasana gelap dengan mengajak mereka melihat sekelilingnya dan menyadarkan mereka bahwa di dalam kegelapan, mereka tetap pada kondisi aman.

Selanjutnya, orangtua menyalakan lampu di salah satu ruangan dan mulai berdiskusi dengan anak tentang perasaannya selama berada di dalam kegelapan. 

Umumnya, anak akan diam dan tidak berani bicara. Orangtua sebaiknya terus bertanya mengenai perasaan anak saat mereka berada di dalam kegelapan.

Jika jawaban anak berisi ketakutannya saat berada dalam kegelapan, maka orangtua sebaiknya menanyakan alasan ketakutannya itu. Bisa saja anak mendengar kisah menyeramkan tentang hantu atau apapun kekonyolan lain tentang gelap dari orang lain. Jangan sampai orangtua mengatakan kalimat menyebalkan seperti ini, "Ah, masa gitu aja takut!"

Saat anak sudah selesai menceritakan ketakutannya itu, sebaiknya orangtua kembali mematikan lampu dan orangtua kembali mengajak sang anak menikmati suasana gelap di dalam rumah. 

Pertahankan suasana hening tanpa suara apapun di dalam rumah. Ciptakan suasana gelap dan sunyi di dalam rumah selama proses latihan pada tahap awal ini.

2. Orangtua mengajak anak masuk ke dalam ruangan tergelap di dalam rumah

Latihan ini dapat menggunakan segala macam ruangan tergelap di dalam rumah masing-masing. Sebab, ruangan tergelap di dalam rumah setiap orang akan berbeda satu sama lain. Bisa saja ruangan tergelapnya di gudang, di ruang cuci, bahkan di kamar mandi.

Setibanya di dalam ruangan tergelap di dalam rumah, orangtua sebaiknya tidak meninggalkan anak sendirian. Orangtua harus menemaninya sambil terus berdiskusi mengenai perasaan anak di dalam gelap. Orangtua yang meninggalkan anak sendirian di ruangan gelap akan membuat anak semakin trauma pada gelap.

Pada tahap kedua ini, orangtua diijinkan untuk nyalakan senter sesekali di dalam ruangan untuk menciptakan suasana terang. Lalu, katakan bahwa anak dapat menggunakan benda apapun sebagai alat untuk membuat terang supaya mereka nyaman di dalam gelap.

Selain itu, orangtua juga perlu mengajak anak mengingat cerita-cerita saat mereka berada dalam kegelapan, seperti saat anak di dalam mobil yang gelap karena mereka pulang kemalaman dari lokasi wisata atau cerita saat anak makan mie instant sewaktu terjadi pemadaman listrik di rumah beberapa bulan lalu.

Selanjutnya, orangtua wajib mengatakan bahwa anak memiliki Tuhan Yang Maha Hebat untuk melindunginya saat berada di dalam gelap. Cerita religius ini cukup efektif untuk menumbuhkan keberaniannya melawan rasa takutnya pada kegelapan.

3. Orangtua menyuruh anak beraktivitas sendirian di dalam gelap

Pada tahap ketiga ini, orangtua harus menyuruh anak melakukan sesuatu di dalam ruangan gelap. Pancing keberanian mereka untuk melangkah masuk sendirian ke dalam ruangan yang gelap.

Orangtua harus mendorong anak agar mempraktikkan keberanian mereka dengan cara menyelesaikan tugas dari orangtua di dalam ruangan gelap sendirian. Misalnya, suruh anak mengambilkan benda yang berada di dalam kamar tanpa menyalakan lampu. 

Usai berhasil melakukannya, suruh anak kembali masuk ke dalam kamar yang gelap untuk mengembalikan benda itu ke posisinya semula.

Ketiga cara di atas dapat membantu orangtua untuk mengendalikan rasa takut anak pada gelap sedari kecil. Sebab, ketakutan pada kegelapan ini akan merugikan mereka di saat dewasa. Kerugian ini dapat berbentuk materi maupun psikis. Misalkan, tidur harus dengan lampu menyala. Bukankah kejadian ini akan menambah biaya listrik? Adapula orang dewasa yang berteriak-teriak penuh emosi saat PLN memadamkan listrik akibat banjir di saat malam hari. Bukankah kejadian ini memalukan keluarga?

Sekali lagi disampaikan bahwa orangtua harus melatih anak supaya memiliki kemampuan beraktivitas di dalam gelap sendirian. 

Namun, orangtua perlu juga menyadari dan menerima kondisi anak saat mereka belum berani beraktivitas di dalam gelap. Orangtua cukup mengulangi semua tahapan di atas dengan penuh kesabaran.

Jangan pernah berusaha mengubah rasa takut anak pada gelap. Namun, ajari mereka sampai memiliki kemampuan untuk mengendalikan rasa takutnya pada kegelapan. Semangatlah wahai orangtua! FIN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun