Anak yang tidak berhasil mengikuti petunjuk orangtua lantas memicu kemarahan. Anak yang tidak merasa melakukan kesalahan selama proses mendengarkan petunjuk orangtua, lantas balik melawan kemarahan orangtua dengan kemarahan lain. Keduanya lalu bertengkar hebat karena kebiasaan salah saat mendengarkan perkataan orang.
Selain di rumah, kebiasaan salah itu dibawa sang anak ke sekolah. Sang anak asyik bermain sendiri saat guru sedang bicara menjelaskan pelajaran karena bagi mereka mendengarkan orang bicara dengan beraktivitas lainnya sudah biasa. Akibatnya, anak akan mengalami kesulitan untuk menangkap isi pelajaran dan membuat nilai mereka tidak bagus.
Orangtua yang melihat nilai anak tidak bagus, bukannya introspeksi dan menyadari kekurangannya, malah sibuk memarahi anak dan menekan mental anak dengan bermacam-macam pelajaran tambahan.Â
Masalah kegagalan mendengarkan karena kebiasaan orangtua mendengarkan anak sambil melakukan kegiatan lain tidak diperbaiki, malah menambah masalah baru lain berupa pelajaran atau kegiatan-kegiatan yang membuat mental anak makin tertekan.
Jika kejadian ini terus berulang, maka pada saatnya nanti, sang anak akan berontak agar dia dapat keluar dari tekanan di dalam rumah. Mereka pun tidak segan meninggalkan orangtuanya untuk pergi bersama orang lain.
Orangtua sebaiknya memperhatikan cara sederhana ini agar anak kembali memiliki kemampuan yang baik untuk mendengarkan:
1. Biasakan Mendengarkan Saat Anak Bicara
Anak bukanlah boneka yang dapat mengeluarkan suara. Anak adalah manusia yang sama dengan orangtua memiliki jiwa dan raga.Â
Salah satu kepuasan jiwa bagi seorang anak saat orangtuanya mendengarkannya bicara. Karena dengan orangtua mendengarkan anak bicara, maka anak merasakan perhatian dari orangtua dan mereka mendapatkan ruang khusus di hati orangtuanya.Â
Mereka merasa memiliki sahabat baik untuk menjalani hidup. Dengan begitu, kepercayaan diri anak dapat berkembang serta bakat dan kemampuan lainnya menjadi lebih maksimal.
Sebaliknya, jika orangtua acuh tak acuh saat mendengarkan sang anak bicara, maka anak merasa orangtuanya tidak perhatian padanya.Â