Perbaikan dapat dimulai dengan memberikan semangat sederhana saat sang anak berhasil melakukan kegiatan penting. Misalnya, sang anak baru bisa menyuapkan nasi dengan sendoknya sendiri, atau saat mereka bisa mengendarai sepeda roda duanya, atau saat mereka menyelesaikan ujiannya dengan nilai 60, dan lain sebagainya.
Bukankah anak adalah permata yang berharga bagi hidup orang tuanya? Lantas mengapa orang tua menganggap anak hanya objek yang cukup dikasih makan sebagai bukti tanda sayang? Mengapa orang tua malas memuji anak dan memberikan semangat di saat mereka berhasil atau sedang kesulitan?
Terakhir, sebaiknya orang tua berhenti memaki anak dengan kalimat kotor dan negatif. Orang tua baiknya mengatakan "pintar ya" atau "bukan begitu dong, pintar" saat sang anak melakukan kesalahan.Â
Sebab, semakin orang tua memakinya dengan kata-kata dan kalimat kotor dan negatif, maka sang anak secara otomatis merekam kata dan kalimat orang tuanya, lalu perlahan mewujudkannya dalam kehidupan sendiri.Â
Bagi sang anak, setiap perkataan orang tua adalah perintah yang wajib dilakukan. Jadi, bijaksanalah memilih kata dan kalimat supaya anak sendiri tumbuh dan berkembang menjadi anak-anak yang hebat dan luar biasa. FIN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H