Semangat dari orang tua untuk anak sangat penting di saat mereka mampu menyelesaikan tugas-tugas penting, seperti ujian sekolah atau sebuah perlombaan.Â
Kadang kala, sebagian orang tua menganggap karya anak itu biasa saja. Bahkan, sebagian orang tua masih menganggap jika mereka memuji anaknya akan membuat sang anak besar kepala atau sombong. Padahal, anak tidak akan melakukannya selama orang tua melatih anak untuk tidak sombong dan selalu rendah hati serta bekerja keras untuk aktivitas selanjutnya.
Sebagian orang tua cenderung meremehkan hasil karya sang anak karena mereka menganggapnya biasa-biasa saja saat dibandingkan dengan hasil karyanya di masa lalu. Padahal, saat orang tua menganggap hasil karya anak itu biasa-biasa saja, maka perbuatan sang orang tua justru melukai perasaan terdalam sang anak.Â
Kesan ini akan dikunci dalam ingatan sang anak sebagai trauma dan keputusasaan. Jika orang tua meneruskan pola asuh ini tidak pernah memuji keberhasilan anak, maka mental anak akan terganggu dengan ciri-ciri mereka menjadi minder dan mudah menyerah saat melakukan kegiatan apapun. Sang anak akan tumbuh pribadi tanpa semangat dan berkepribadian tertutup.
Sang anak akan memilih menyembunyikan masalah hidupnya daripada menceritakan pada orang tuanya. Mereka beranggapan bahwa keluh kesah dan masalah hidupnya akan dianggap percuma oleh sang orang tua. Bahkan sang anak akan berpikir bahwa sang orang tua akan memarahi dan menganggapnya lemah dari pada membantu menyelesaikan permasalahan hidupnya.Â
Pada akhirnya, saat masalah demi masalah ditelan sang anak sendirian, maka mereka makin kehilangan jati diri dan sangat mudah dipengaruhi orang lain untuk melawan orang tua.Â
Di sinilah awal permusuhan antara anak dan orang tua dimulai dan tidak akan pernah berakhir sampai salah satunya meninggal dunia.
Semangat bagi anak bukan hanya membuat mereka percaya diri saat berhadapan dengan masalah. Semangat dipandang anak sebagai sesuatu yang sangat penting supaya mereka mampu berdiri sendiri melawan cobaan dan tetap tegar saat berada di sekitar pergaulannya.Â
Bayangkan, seorang anak yang tidak punya kepercayaan diri akan menjadi tersisihkan dalam pergaulan mereka. Teman-temannya akan merasakan ketidaknyamanan menghadapi anak pendiam dan minder.Â
Mereka akan menjadi sang anak sebagai sasaran rundungan (bullying). Akibatnya, sang anak akan makin tenggelam dalam kehidupannya sendiri.
Untuk memutus mata rantai dari beragam kejadian negatif dalam kehidupan sang anak, ada baiknya jika orang tua mengubah cara komunikasi pada anak.Â