Mohon tunggu...
Sandy Novryanto Sakati
Sandy Novryanto Sakati Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk Banggai

Akademisi Kesehatan Masyarakat bidang Peminatan Kesehatan Lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kebijakan Pemenuhan Air Minum Layak Konsumsi

17 Mei 2022   01:25 Diperbarui: 19 Mei 2022   02:30 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi air bersih. (Foto: KOMPAS.com/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN) 

Hasil kajian membuktikan bahwa pemakaian air di atas 300 liter/orang/hari tidak berhubungan dengan kesehatan. Dengan demikian telah terjadi pemborosan pemakaian terutama pada kuintil sosial ekonomi tinggi.

Terjadi kecenderungan peningkatan konsumsi air minum terutama dari air kemasan dan air isi ulang.

Ada alasan rumah tangga memilih untuk tidak mengolah air minum dengan memilih sumber air yang dianggap aman seperti air minum kemasan dan isi ulang. 

Kecenderungan ini meningkat sejalan dengan tingginya status sosial ekonomi. Hal ini mengindikasikan adanya kendala dalam peningkatan cakupan sumber air minum yang improved terutama air PDAM. 

Ini bisa berdampak negatif terhadap upaya peningkatan air minum perpipaan (PDAM). Padahal kualitas air minum kemasan dan isi ulang juga masih banyak yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan.

Kualitas air minum masih belum memadai dan diperberat oleh tingginya sanitasi unimproved termasuk open defecation sebagai sumber pencemaran

Masih tingginya proporsi sanitasi yang buruk menghambat peningkatan kual-itas air minum sehingga penularan penyakit melalui air (diare) masih cukup tinggi. Rumahtangga yang menggunakan air minum unimproved cenderung menggunakan sarana sanitasi yang unimproved.

Pengawasan kualitas air minum yang telah berjalan belum sepenuhnya sesuai dengan Permenkes No, 736/2010 tentang Tatalaksana Pengawasan Kualitas air Minum. 

Data nasional tentang kualitas air minum yang tersedia hanya kualitas fisik menurut persepsi rumahtangga sedangkan kualitas mikrobiologi dan kimia hanya berasal dari uji petik yang dilakukan puskesmas dan banyak yang belum memenuhi syarat Permenkes No. 492/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum

Masih tingginya penyakit melalui air terutama pada balita

Penyakit yang paling berhubungan dengan air minum adalah diare terutama pada balita. Balita dari rumah tangga yang air minumnya dari sumber yang im-proved dan diolah, menggunakan air untuk keperluan rumah tangga sebanyak 20-299 liter/orang/hari.

Kemudian, buang air besar di sarana sanitasi yang improved dan mempunyai sarana pembuangan air limbah yang layak dan dari sosial ekonomi tinggi berpeluang lebih kecil terkena diare dibandingkan dengan kondisi yang sebaliknya. 

Namun rumah tangga yang menggunakan air lebih dari 299 liter/orang/hari tidak berhubungan dengan peluang penurunan  insidensi diare. 

Sebaliknya, balita yang kepala rumahtangganya buang air besar di sembarang tempat, tinggal di daerah kumuh, minum air yang keruh dan sebagai rumah tangga sasaran program perlindungan sosial mempunyai peluang untuk terserang diare lebih besar dibandingkan dengan balita yang mempunyai kondisi sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun