Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Larut dalam Kekaguman

30 Maret 2024   04:42 Diperbarui: 17 April 2024   01:30 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input (Melek Arslan/pexels.com)

Malam ini

sejatinya telah kurangkai syair-syair tentangmu.

Namun, semua bait lirih syahdu itu raib.

Tatkala netra dan hatiku khusyuk membiarkan bibirku mengeja sebuah untaian kata-kata.

Dalam sebuah sajian prosa yang baru saja kuhalalkan.

Namun, apa yang di dalamnya.

Adalah apa yang mungkin diriku gambarkan tentangmu.

Maka aku rapalkan lagi, syair cinta

tentang kekaguman bertaraf lillah.

Engkau yang matanya teduh

yang tuturnya lembut penuh santun dan wibawa

yang wajahnya menenangkan meski kau sembunyikan di balik tabir kehormatan.

Aku akan memuisikanmu.

Dalam lirih sajak cintaku.

maka ikhlaslah, bila kau kucinta

meski kau tak mencintaku.

Kau laksana embun yang membasahi dedaunan di penghulu hari.

Layaknya bunga lily yang putih bersih.

Teratai yang indah, mengubah kubang lumpur menjadi pemandangan surga.

Selaksa bulan purnama yang merebut kegelapan malam.

Selembut desir angin malam yang melenakan.

Aku diberangus cinta.

Cinta yang mengantarku pada "telapak kaki" Tuhan semesta

yang mengajarkan tentang arti merindu yang hakiki.

Tentang sebuah kesempurnaan di antara celah kealpaan.

Engkau penguat jiwa-jiwa rapuh, setelah firman Tuhan dan sabda Nabiku.

Engkau lentera jiwa di antara kegelapan hampa dunia.

Maka, sudikah dirimu membiarkanku jadi pecinta

yang tak perlu kau anggap rupa dan cintanya

yang tak perlu kau pusingkan membuatmu terluka.

Kau laksana bidadari yang turun ke bumi.

Membawa aroma wangi telaga kautsar

yang melambangkan indah rerumput hijau sempurna rahmat Tuhan

yang membawa kabar tentang tahta berhias lu'lu dan marjan.

Maka sekali lagi

ini adalah syair tentang bidadari bermata bening.

Berwibawa dalam keanggunan yang nyata.

Dalam penjagaan izzah dan maruah yang sempurna.

Maaf, aku terjerembab dalam kekaguman rahmat Tuhan

yang tak bisa kupungkiri kini menawanku.

Sang penyair dan hamba pendosa hina

yang mendamba rahmat dari Tuhannya.

Maka ikhlaslah.

Biar secarik doa aku tuliskan.

Biar sebait pinta aku lantunkan.

Dan, sebuah pengharapan aku hamparkan.

Pada persinggahan sepertiga malam.

Lalu, aku dawamkan bersama zikir dan kalam Tuhan

agar engkau tidak kunisbatkan sebagai penguasa hati.

Namun, kupinta jadi pelengkap diri.

.

Tentangmu yang bermata bening.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun