2. Puasa Khusus
Puasa tingkatan khusus (saumul khawas), yaitu bukan hanya menahan makan dan minum, melainkan menahan pandangan, lidah, tangan, kaki, serta seluruh anggota tubuh lainnya dari segala bentuk perbuatan dosa.
Dengan penglihatan yang kita miliki, kita tidak menggunakannya untuk menatap sesuatu dengan syahwat.
Begitu pun, kita tidak menggunakan lidah dan lisan untuk berkata berdusta, menggunjing, mengadu domba, dan bersumpah palsu.
Dengan telinga, pada saat kita mendengar ada orang yang tengah membicarakan kejelekan orang lain atau menebar fitnah, kita segera menghindarinya, bahkan memberitahu bahwa kita sedang berpuasa dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
3. Puasa Khusus dari yang Khusus (Spesial)
Terakhir, tingkatan yang paling tinggi adalah puasa khusus dari yang khusus (spesial).
Puasa tingkatan ini hanya dimiliki para Nabi dan Rasul, para aulia Allah, shiddiqin, serta orang-orang yang didekatkan kepada Allah.
Pada tingkatan ini, mereka bukan hanya menahan lapar dan dahaga, bukan pula hanya menahan seluruh anggota tubuh kita dari perbuatan maksiat, tetapi hati merekalah yang 'berpuasa'.
Mereka adalah golongan orang yang senantiasa berusaha keras agar hatinya terpaut kepada Allah.
Hati orang-orang seperti ini selalu berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, sedangkan pikiran selalu tertuju kepada Allah, kepada alam akhirat.