Lebih jauh, terdapat ada pula biola milik W.R. Soepratman yang dipajang di Museum Sumpah Pemuda. Kemudian, museum ini memperlihatkan pula bendera Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie (INPO).
Museum Sumpah Pemuda didirikan sejak tahun 1973 silam. Di gedung yang dulunya bernama Indonesische Clubgeow ini, merupakan lokasi diadakannya Kongres Pemuda II sesi ketiga atau penutup.
Kongres Pemuda II untuk ketiga kalinya itu mendiskusikan suatu tema tentang 'Pergerakan Pemoeda Indonesia terhadap Pemoeda Internasional' oleh Soenario yang diikuti dengan agenda penutupan.
Di dalam gedung ini, ikrar-ikrar pemuda Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda yang lahir pada 28 Oktober 1928 secara resmi terbit. Momen ini menjadi hari bersejarah bagi bangsa Indonesia yang telah memiliki bahasa persatuan.
Usai peristiwa Sumpah Pemuda, bangunan yang dulunya bernama Gedung Kramat 106 ini berkali-kali mengalami perubahan fungsi. Di samping pernah menjadi rumah tinggal, tempat ini juga digunakan sebagai toko bunga, hotel, serta kantor Bea dan Cukai.
Pada tanggal 3 April 1973, Pemda DKI Jakarta memutuskan pemugaran gedung tersebut, yang rampung pada 20 Mei di tahun yang sama.
Setelah dipugar, Gedung Kramat 106, yang menjadi saksi bisu sejarah Sumpah Pemuda, gubernur DKI saat itu, Ali Sadikin membuka gedung secara seremonial dan berubah nama menjadi Gedung Sumpah Pemuda.
2. Gedung Joeang 45
Gedung Joang 45 juga merupakan area yang menjadi saksi perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
Gedung bersejarah ini mengingatkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dari penjajahan.