Berita Masa Lalu
Ada percikan sinar jingga.
Menelusup di celah awan.
Lalu memercaki bumi.
Sore atau orang lebih senang menyebutnya senja.
Kala mentari sedikit memerah.
Mengindah dan berkurang teriknya.
Seolah mengajakku sedikit berlama-lama di pelataran.
Di sejumput ruang nyaman tepat di halaman depan.
Lalu, semilir angin mengelusku lembut.
Sembari membawa beritamu kembali berita tentangmu.
Berita masa lalu
yang engkau kini tak kutahui polanya.
Aku hanya terus bercerita pada imajiku.
Bercerita pada angin.
Bercerita pada langit senja.
Bercerita pada mentari merah.
Bahwa mereka semua akan takjub bila tahui sosokmu.
Setakjub aku dulu.
Setakjub manusia lainnya.
Setakjub langit-langit malam.
Yang menampung lemparan doa-doaku.
Sore ini aku kembali mengenangmu.
Dalam ketenangan.
Dalam keheningan.
Membersamai kerinduan.
Membersamai bayang wajahmu.
Membersamai semua tentangmu.
Hingga kudapati bulir bening menapaki pipi tirusku.
Bulir bening pecah.
Pecah disayat rindu.
Kala kenangan membawa namamu.
Terukir indah di sebuah nisan.
Dan, sore ini aku kembali merindumu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H