Kota Tua berlokasi di wilayah administrasi antara kota Jakarta Barat dan Jakarta Utara masa kini. Di atas lahan dengan luas 1,3 kilometer persegi inilah pemerintah Belanda kala itu membangun benteng, kanal, gedung pemerintahan, dan perkantoran.
4. Gedung Kesenian Jakarta
Masih soal peninggalan Pemerintah Belanda yang juga menjadi rekomendasi tempat wisata di Jakarta berikutnya yaitu Gedung Kesenian Jakarta (GKJ). Gedung bergaya neo-renaissance tersebut diresmikan pada tanggal 7 Desember 1821 dengan nama Schouwburg Weltevreden atau Comidiegebouw
Pembangunan gedung tersebut menelan biaya hingga 60.000 gulden saat itu. Diprakarsai oleh para anggota perkumpulan tonil Ut Desint yang pada 1820 mencapai puncak ketenaran, hanya dalam waktu satu tahun gedung tersebut berhasil diselesaikan.
Dari cerita yang berkembang, pada malam perdana peresmiannya gedung itulah tonil "Othelo" dan "Penabuh Genderang" karya Shakespeare dipentaskan oleh Ut Desint.
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, gedung itu berubah nama menjadi Kiritsu Gehitzzyoo lalu berubah lagi menjadi Bioskoup Dana dan City Theatre.
Gedung ini tetap berfungsi sebagai tempat pementasan tonil maupun acara-acara hiburan lainnya, di samping juga digunakan sebagai markas tentara Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, dalam perkembangannya gedung tersebut mengalami pergantian nama, fungsi, dan dilakukan pemugaran secara besar-besaran.
Sampai sekarang Gedung Kesenian Jakarta masih digunakan untuk mementaskan aneka ragam bentuk kesenian, baik kesenian tradisional maupun modern.