Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tahun 2023 Telah Berlalu, Waktunya Benahi Mindset!

31 Desember 2023   20:32 Diperbarui: 2 Januari 2024   04:07 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Imbasnya, keadaan itu cukup untuk menjatuhkan mental dan kepercayaan diri saya. Saya yang sebelumnya begitu aktif dalam setiap mengikuti berbagai kegiatan sosial, dari yang sekadar kongkow-kongkow hingga aktivitas kemanusiaan, lalu 180° berubah menjadi sosok pecundang yang gemar mengurung diri selama mungkin. Sejak terbit matahari hingga terbenamnya.

Nasihat-nasihat, diskusi, dan waktu yang biasa saya curahkan kepada sahabat, keluarga, serta khalayak umum, baik itu secara langsung maupun lewat tulisan di jejaring sosial, lenyap tak berbekas. Ya, saya memang suka sekali bergaul dan berinteraksi dengan banyak orang, setidaknya sebelum peristiwa istimewa ini.

Bagaimana bisa saya memberikan ceramah seperti segala hal yang pernah saya lakukan dulu sementara hidup saya sendiri sudah sangat hancur. Begitu pikir saya saat itu.

Lantas, agar keterasingan saya menjadi lebih sempurna tanpa gangguan dari siapa pun lebih baik mengganti nomor telepon. Saya minder!

Berbulan-bulan lamanya, alam masih juga berkonspirasi dalam menenggelamkan harga diri saya sebagai pria sebagaimana mestinya. Itu lantas membuat geram Ibu saya hingga tak jarang terjadi adu mulut guna saling membela diri antara seorang Ibu dan anak lelakinya yang pecundang. Keadaan makin kacau.

Sekadar tak tahan mendengar ocehan Ibu yang terus-terusan menekan saya untuk mencari pekerjaan, hasilnya adalah 3 kali saya bertemu atasan menyebalkan dan 3 kali juga terjadi pemecatan akibat kinerja saya yang sangat buruk. Masih untung itu baru pekerjaan paruh waktu dengan sistem remote working.

Keadaan makin diperparah dengan timbulnya dua penyakit aneh yang menimpa saya.

Pertama, suatu ketika di pagi hari saat hendak beranjak dari tempat tidur, saya tidak bisa berdiri lantaran kedua kaki saya terasa nyeri dan berat seperti batu. Alhasil, untuk sekadar bangun dari tempat tidur harus dengan bantuan.

Mengingat segala keterbatasan yang tengah kami alami, saya sudah tidak tahu lagi apa yang harus diperbuat. Saya pikir saat itu saya akan lumpuh.

Alhamdulillah, penyakit misterius itu hanya berlangsung sehari semalam. Keesokan paginya saya meloncat karena saking bahagianya, meski penyakit ini ke depannya dua kali kambuh.

Kedua adalah demam tinggi yang disertai kucuran keringat deras yang tak pernah berhenti. Demam ini terjadi selama kira-kira dua minggu. Dokter rupanya tidak memberikan keterangannya lebih jauh selain meresepkan 4 jenis obat-obatan. Dan, inilah untuk kali pertama saya harus berobat menggunakan BPJS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun