Dengan rekening yang dimiliki misalkan, satu miliar, sebenarnya si orang tua bisa membelikan jajan kepada anaknya sebanyak yang dia mau dari anak yang ingin membeli permen.
Maka jika dalam satu hari dia memberikan uang 50.000 ribu rupiah, sang anak akan mendapat satu kantong besar permen yang akan membuat si anak senang.
Akan tetapi, kenapa kita tidak memberikan permen kepada anak kita kecuali satu walaupun anak kita merengek-rengek untuk meminta lebih dari satu permennya dan kita tidak memberikannya?
Apa sebabnya kita cuma memberikan satu kepada anak padahal anak itu mintanya banyak, 5, 10, atau bahkan 15 permen agar dia puas? Tidak lain kalau kita tidak memberikan kontrol atas permen yang dia yang dia makan, mungkin dia akan meminta dalam seharinya bisa 15 permen, yang mana itu tentunya berbahaya.
Kita tahu bahwa apabila 15 permen diberikan kepadanya akan akan mudharat akan berbahaya bagi gigi dan kesehatannya dengan glukosa dan diabetes yang mengancam.
Maka, dengan analogi tersebut, tentunya Allah Maha bisa bisa memberi apa yang kita inginkan, tapi mengapa Allah tidak selalu mengabulkan apa yang kita inginkan? Karena pada dasarnya, bisa jadi apa yang kita inginkan terdapat keburukan kemudian Allah ganti dengan kebutuhannya, Allah cukupi dengan apa yang kita butuhkan.
Oleh karena itu, ketika seseorang pada saat tertentu berdoa kepada Allah Subhana wa Ta'ala, terkadang Allah tidak selalu mengabulkan setiap doa kita.
Kalau kita memahami bahwasanya doa hanya sebatas pengabulan dari apa yang kita inginkan, mungkin kita akan kecewa dan kekecewaan bisa mengurangi keimanan kita kepada apa yang Allah takdirkan.
Sebaliknya, bila kita berangkat dari titik tolak bahwasanya doa itu bukan masalah pengabulan, melainkan soal terkoneksinya hati kita kita, kita yakin kepada Allah bahwasanya Allah itu ada ketika kita berharap kepada-Nya, pada apa yang kita minta, getaran itu yang lebih ingin kita rasakan pada setiap doa yang kita panjatkan daripada hanya sebatas pengabulan.
Orang yang Mukhlis (ikhlas) bukan merupakan orang yang mereka selalu melihat Allah dari apa yang dia dapat, dia lah orang yang selalu melihat Allah, terlepas dari apakah dia mendapatkan atau tidak atas semua keinginannya dari Allah.
Inilah yang mengajarkan kepada kita bahwa sebuah doa itu merupakan salah satu di antara bentuk terbaik hubungan manusia kepada Rabb-nya, yakni ketika mereka memahami bahwa doa itu tidak hanya sekedar urusan fikih.