5. Murid-murid yang terobsesi dengannya
Oppenheimer adalah fisikawan verbal berdasarkan temperamen. Dia tidak hanya mengandalkan matematika untuk memahami dunia; dia juga mencari cara yang berguna untuk menggambarkannya dengan kata-kata.
Bakat retoriknya, dan pengetahuannya tentang topik yang jauh di luar fisika, membuatnya menjadi pembicara yang memikat. Oppenheimer sangat berbakat dalam merangkai kalimat yang indah --- seringkali dengan cepat --- sehingga dia memikat para siswa yang diajarnya.
Beberapa dari siswa ini menjadi sangat terobsesi dengan Oppenheimer sehingga mereka mulai berpakaian dan bertingkah seperti gurunya --- mengenakan setelan abu-abu dan sepatu hitam yang canggung, tak berhenti menghisap rokok Chesterfield favoritnya dan meniru tingkah lakunya yang aneh.
6. Murid yang bersemangat di bidang humaniora dan dapat berbicara dalam enam bahasa, termasuk bahasa Sansekerta kuno.
Oppenheimer menyukai tantangan intelektual dan menikmati setiap kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya yang luar biasa dalam menyerap informasi.
Dia dapat berbicara enam bahasa: Yunani, Latin, Prancis, Jerman, Belanda (yang dia pelajari dalam enam minggu untuk memberikan kuliah di Belanda) dan bahasa Sansekerta India kuno.
Oppenheimer juga banyak membaca buku di luar bidangnya. Dia kerap memarkan kepada teman-temannya saat telah membaca ketiga jilid sampul "Das Kapital" karya Karl Marx dalam perjalanan tiga hari kereta api ke New York.
Dia juga telah melahap "A La Recherche du Temps Perdu" karya Marcel Proust ("In Search of Lost Time") untuk menyembuhkan depresinya saat berlibur di Corsica. Oppenheimer pun telah mempelajari bahasa Sanskerta sehingga dia bisa membaca kitab suci Hindu Bhagavad Gita.
Pendalaman Oppenheimer tentang Gita, memberinya sebuah kutipan yang paling terkenal. Dalam wawancara NBC tahun 1965, dia mengenang pemikirannya saat melihat awan jamur dari uji coba bom atom pertama yang sukses:
"Kami tahu dunia tidak akan sama. Sebagian orang akan tertawa, sebagian lagi menangis, kebanyakan orang diam. Saya ingat kalimat dari kitab suci Hindu, Bhagavad Gita. Wisnu mencoba meyakinkan Pangeran bahwa dia harus melakukan tugasnya dan, untuk membuatnya terkesan, mengambil bentuk multi-lengan dan berkata, 'Sekarang, saya menjadi Kematian, penghancur dunia.' Saya kira kita semua berpikir seperti itu."