Kecerdasan Oppenheimer yang luar biasa serta wawasannya yang luas tidak selalu mampu dalam mengatasi ketidakdewasaan emosional dan kenaifan pandangan politiknya.
Salah satu contohnya adalah perselisihan yang dia alami dengan ilmuwan dunia, Albert Einstein, selama puncak McCarthy Red Scare*. Setelah pertemnuannya dengan Einstein di Institute for Advanced Study, Princeton, dia berbicara dengan rekannya tentang upaya yang berkembang untuk mencabut izin keamanannya.
Einstein menasihati rekan Robert Oppenheimer tersebut untuk tidak perlu ikut-ikutan pada penyelidikan dan percobaan yang melelahkan oleh Komisi Energi Atom; pergi saja.
Namun, Oppenheimer kekeh untuk melakukan lebih banyak kebaikan dari dalam pemerintahan Washington daripada dari luar, dia memutuskan untuk tetap berjuang. Itu ibarat sebuah pertempuran yang jelas akan mengalahkan yang menodai Oppenheimer selama sisa hidupnya.
Einstein lalu masuk ke kantornya, dan sambil mengangguk pada Oppenheimer, lalu berkata kepada sekretarisnya, "Itulah narr [bahasa Yiddish untuk 'bodoh']."
3. Menyelipkan racun ke dalam sebuah apel milik profesornya.
Oppenheimer menghadapi masa-masa sulit dalam upayanya untuk mengejar gelar doktor fisika di Laboratorium Cavendish di Cambridge, Inggris.
Masalah emosionalnya yang intens dan perasaan terisolasi yang semakin besar mendorongnya ke dalam periode depresi berat.
Saat di Cambridge, Oppenheimer memilki seorang penasihat bernama Patrick Maynard Stuart Blackett. Blackett juga merupakan ahli fisika eksperimental yang cerdas dan berbakat yang membuat iri Oppenheimer.
Terlepas dari ketidakpraktisan Oppenheimer yang terkenal itu, Blackett terus mendorong muridnya ke dalam pekerjaan-pekerjaan laboratorium.Â
Kegagalan yang terus-menerus dialami Oppenheimer di lab, ditambah ketidakmampuannya untuk memenangkan persetujuan Blackett membuatnya sangat cemas.