Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Hal-Hal yang Saya Pelajari dari Perceraian Orangtua

19 Juli 2023   15:13 Diperbarui: 28 Agustus 2023   23:00 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tidak bisa terus menerus hidup dengan tujuan sesaat agar bisa melupakan pengalaman buruk tersebut, seperti yang selama ini terus saya upayakan. Jika saya terus menghindar dari kenyataan itu maka sama saja saya tengah memilih jalan menuju kehancuran sendiri.

Maka sekali lagi, Tuhan, melalui semesta yang menjelma dalam bentuk bermacam-macam peristiwa, orang-orang, dan lainnya senantiasa mengirimkan tanda-tanda cinta kasih dan sayang-Nya.

Akhirnya, saya memilih jalan yang Dia tunjukkan dengan mulai menerima apa yang sudah terjadi dengan sepenuh hati. Alhamdulilah, saya kini mampu berdamai dengan setiap masa lalu saya, betapa pun buruknya itu di mata manusia.

Maka, keempat fase itulah yang telah menjadi "alat" saya dalam menyikapi serta menjalani kehidupan pasca perceraian orangtua. Mungkin Anda akan berpikir mengapa saya, bila hanya sekadar ingin menyembuhkan bayangan buruk dari peristiwa perceraian orang tua tersebut, mengapa tidak langsung saja melakukan seperti pada fase usia dewasa?

Kenyataannya, hanya sedikit anak-anak di Indonesia khususnya, yang serta merta tumbuh menjadi bijaksana tanpa melalui proses berlikunya kehidupan. Apalagi untuk seorang anak korban perceraian yang tidak diberi pemahaman dengan tepat, serta tumbuh di lingkungan yang tidak mengarahkannya ke fase tersebut.

Juga, daripada saya melakukan beberapa hal pada 3 fase sebelumnya hanya untuk melarikan diri dari pengalaman traumatis tersebut, kini saya ubah niatan itu menjadi lebih tulus dalam menggunakan anugerah kehidupan dari Tuhan dengan sebaik-baiknya.

Selain itu, Tuhan tidak pernah menelantarkan seorang anak korban perceraian. Sama sekali tidak. Hanya saja, tinggal anak yang bersangkutan mau untuk menangkap setiap petunjuk-Nya dengan nurani.

Karena setiap peristiwa menjadi menakutkan dari cara kita menyikapi pengalaman tersebut. Maka, tidak ada satu pun cara yang lebih solutif selain dengan menghadapinya.

Izinkan saya ulangi karena ini sangat penting, Tidak ada satu pun cara yang lebih solutif untuk mengatasi rasa takut selain dengan menghadapinya. 

Siapa pun Anda yang mengalami peristiwa serupa, yaitu perceraian orangtua, untuk beberapa waktu jika menangis adalah jalan terbaik, maka menangislah. Lakukan juga apa pun Anda nilai baik. Apa saja.

Baik buruk dari pilihan Anda, Anda sendirilah yang bisa menentukan dan menanggung akibatnya. Karena pada faktanya, setiap orang memiliki standar kebaikan sendiri untuk hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun