Begitu pun di saat-saat berikutnya saya ingin menjadi penulis karena saya juga hobi dalam menulis puisi dan cerpen.
Ya, begitulah dunia anak-anak. Dari mulai di usia SMP hingga SMA, anak-anak remaja sangat membutuhkan wadah untuk menyalurkan kreativitas. Kesalahan yang selama ini dilakukan para orangtua adalah mengekang kemauan sang anak, untuk kemudian memaksakan kehendaknya sendiri "demi kebaikan anak".
Jika itu terus dilakukan, maka bersiaplah bagi para orangtua ketika sang anak melakukan pemberontakan dengan mencari pemuasan pada hal-hal merugikan di luar rumah.
Jika di usia SMP hingga SMA adalah pencarian jati diri anak, maka masa-masa kuliah merupakan waktu di mana anak memerlukan pengakuan dari orang lain.
Ingin mendapat pengakuan
Untuk sekali lagi mengalihkan ingatan kelam dari perceraian orangtua, rasa keingintahuan semakin bertumbuh lebih kuat seiring menyambut usia dewasa.Â
Selain itu, mental persaingan yang selama ini saya dapat lewat pendidikan dan lingkungan, perasaan ingin lebih unggul dalam segala hal kian terpupuk tanpa saya sendiri menyadarinya.
Jadi, dalam hal apa pun menyangkut hubungan dengan orang lain, bahkan dengan teman dan keluarga, saya selalu berupaya untuk tampil lebih baik dari siapa pun, entah tujuan itu berhasil diraih atau pun sebaliknya. Paling tidak, memori "kelam" masa lalu itu bisa tetap teralihkan.
Beruntungnya, berkat kehadiran satu atau dua teman yang tulus ingin terus menjalin persahabatan, saya merasa bahwa hidup adalah tentang kerjasama dalam ikatan cinta. Bekerjasama dalam segala hal untuk menjadikan dunia sebagai tempat tinggal memiliki makna bagi semua di atasnya.
Mengenal Tuhan dan mendalami agama
Memasuki usia saya yang berganti dewasa, di sinilah saya melihat persimpangan yang terbentang untuk saya. Saya memang tak pernah menyesal dengan segal hal yang pernah terjadi dan apa yang telah saya alami. Namun, saya merasa harus segera menemukan hakikat  diri berada dan apa tujuan esensial saya.