Dan, inilah cerita di balik perceraian orangtua berdasarkan pengalaman pribadi.
Dikelilingi teman-teman yang baik dan supportif
Sebelum terjadi perceraian tersebut, saya diasuh oleh nenek dari pihak Ayah di Jawa. Lalu, di usia kenaikan ke kelas 6 SD (saya lupa tepatnya umur berapa), Ibu kembali menitipkan saya kepada nenek dari pihak Ibu di Sumatera, karena beliau saat itu merupakan seorang tenaga kerja wanita di luar negeri.
Di tempat yang baru inilah saya menghabiskan masa kecil bersama teman-teman yang sangat baik dan selalu pengertian. Saya katakan demikian karena meskipun mereka semua orang kampung, tetapi sikap ditujunkkan sangat luar biasa berkelas.
Dalam keadaan marah sekalipun, tak sekali pun mereka pernah berbuat maupun berkata tentang sesuatu yang menyinggung perasaan saya terkait status saya sebagai anak broken home.
Malahan, dukungan langsung maupun tidak langsung kerap saya dapatkan dari anak-anak dan orang tua mereka. Mereka sudah seperti keluarga kedua saya.
Pengalaman demi pengalaman saat mencoba hal-hal baru
Seperti yang lazimnya dialami oleh remaja pubertas, saya kian tumbuh menjadi anak yang ingin serba tahu dan mencoba segala hal.Â
Saya perlu merincikan berbagai hal tesebut. Cukuplah beberapa yang secara umum menjadi kesukaan orang lain.
Suatu saat saya ingin menjadi anak band terkenal yang menelurkan banyak album lagu. Maka saya kerap mengoleksi VCD dan poster dari band-band favorit.
Di hari lain saya ingin pembalap motor profesional karena saya hobi motor-motoran di jalan raya. Terlebih sejak di bangku SMP saya sudah dipercayai untuk memiliki motor gede (moge). Maka saya pun banyak mengoleksi poster-poster pembalap dunia favorit saya.