Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nostalgia Sejarah Kejayaan Maritim Indonesia dari Abad Ke-2 Masehi

5 Juli 2023   17:21 Diperbarui: 5 Juli 2023   23:13 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peta kuno yang ditemukan pada 165 M itu mengungkap adanya "Golzden Chersonese." Golzden Chersonese berarti Pulau Emas di Jabadiou". Akar kata Jabadiou berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari dua suku kata, Jaba dan diou. Jaba bisa diterjemahkan sebagai enjelai atau kacang-kacangan sedangkan Diao yang berarti tanah.

Negeri yang disebut dengan Jabadiou itu ialah Pulau Sumatera dan Pulau Jawa sekarang. Namun, terkadang bangsa asing menyebut kedua pulau ini dengan istilah negeri Tanah Jawa, sebagaimana dalam syair Ramayana negeri dimaksudkan dengan istilah Yavdvipha atau Javadviva di atas.

Keterangan lain yang dapat dijadikan bukti adanya aktivitas pelayaran di masa lalu di perairan Nusantara adalah adanya peta pelayaran kuno yang dibuat berdasarkan geografi seorang ahli Ilmu bumi bangsa Amasia Mesir, Starbo (63 SM-21 M). Geografi yang memuat peta jalur pelayaran dari Eropa menuju Cina ini, menyebutkan adanya rute pelayaran dunia melintasi Selat Sunda (Indonesia) untuk sampai ke negeri Cina.

Pada abad ke-2 Masehi pelabuhan di negeri Nusantara yang sebelumnya hanya berada di sisi sungai segera berpindah ke pesisir pantai, dan mengalami masa puncak kejayaan era kemaritimannya pada abad ke-5 sampai dengan 7 M. Empat kerajaan besar ini berdiri dengan kokoh, aman, dan damai selama 350 tahun.

Namun, menjelang akhir abad ke-7 (690 M) Kerajaan Tarumanagara di Jakarta mengalami pralaya (musibah dan kehancuran) yang mengakibatkan penduduknya banyak menyebar untuk mengungsi ke berbagai daerah. Sebagian pindah ke darat (pegunungan) dan sebagian lagi mengungsi ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Pengungsi yang pindah ke darat mendirikan Kerajaan Pakwan Pajajaran bersama Prebu Guru Dewataprana, yang dikenal dengan sebutan Prabu Cilawangi (Nenek ke V atau Generasi ke V), diperkirakan hidup di abad ke-7 M sebagai generasi penerus Dinasti Tarumanagara. Sementara itu, Cilawangi mendirikan Kerajaannya tersebut di negeri yang disebut dengan Gallu, atau negeri Galle (suku anak Kalingga).

Namun, ada juga naskah yang menyebutkan bahwa Kerajaan Pakwan Pajajaran yang didirikan Prebu Guru Dewataprana telah ada sebelum terjadinya musibah dan kehancuran Tarumanagara. Naskah Hinddhu menyebutkan bahwa Kerajaan telah didirikan lebih dulu pada tahun 649 M. 

Berita Cina menerangkan bahwa Kerajaan Pesisir Kalingga pernah mengirimkan beberapa kali utusan ke negerinya guna membuka hubungan dagang pada tahun 647 M. Sumber itu juga menyebutkan bahwa Kerajaan Kalingga juga ''membawahi dua 28 kerajaan negeri kecil lainnya (vasal Kalingga).

Menurut Rouffaer dalam Bijdragen van het Koninklijk Instituut, ini sekaligus membuktikan bahwa selain Kerajaan Tarumanagara yang ramai dikunjungi pedagang mancanegara pada abad ke-5, ada juga Kerajaan Kalingga di pesisir Jawa Tengah pada masa pemerintahan Ratu Sima.

Fakta sejarah membuktikan bahwa perjalanan panjang kebangkitan anak bangsa di masa lalu banyak tak terlepas dari pengaruh akan keberhasilan bangsa India dan Cina pada masa itu.

Penularan budaya dan teknologi bangsa asing kepada anak negeri telah menempa dan membuatnya mampu berlayar mengarungi lautan ke berbagai penjuru negeri di Nusantara, termasuk ke negeri-negeri lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun