maritim Indonesia dapat dilihat dengan melacak jauh ke beberapa abad yang lalu, tepatnya saat kedatangan bangsa-bangsa asing ke Indonesia untuk mencari tambang emas.
Perkembangan sejarah panjangPerpindahan penduduk (eksodus) yang diakibatkan oleh bencana alam, terjadinya penyakit, perang, serta meningkatnya hubungan perdagangan dunia. Dua bangsa asing yang pernah mengunjungi Nusantara pada eksodus pertama di tahun 264-195 SM ini adalah bangsa India dan bangsa Cina.
Adapun negeri pertama yang pernah dikunjungi dua bangsa ini ialah Phalimban di provinsi Banten dan Lu-Shingshe di provinsi Bengkulu. Lantas, di negeri ini jugalah untuk kali pertama ditemukannya emas oleh bangsa pendatang di tanah Nusantara.
Bahkan jauh sebelum itu, kitab Taurat (600 SM) telah lebih dulu mengisahkan bahwa Nabi Sulaiman pernah memerintahkan pelaut Phoenisia untuk berlayar mengarungi lautan sampai ke seluruh penjuru alam demi mencari ophir (emas).
Di samping itu, pada syair Ramayana berbahasa sansekerta yang ditemukan pada tahun 72 Masehi, atau 106 tahun setelah kelahiran Nabi Isa, kisah pencarian emas ini juga tertulis di dalam kitab Hinddhu di Hinddhustan.
Syair Ramayana itu menyebutkan tentang sebuah negeri atau Pulau Emas dan Pulau Perak yang di dalamnya memiliki tujuh kerajaan lagi kaya akan pandai emas. Negeri itu bernama Javadviva.
Mengutip Hakim Bernardie (2003), Fruin-Mees dalam Sedjarah Tanah Djawa menyebutkan bahwa dua negeri yang disebutkan di dalam syair itu tidak lain adalah negeri Phalimbham dan Lu-Shiangshe dengan tanah yang amat subur, banyak kandungan emas, serta mempunyai ibu negeri bernama Perak. Disebutkan juga pada sebelah barat negerinya terdapat sebuah penyeberangan.
Ketujuh kerajaan atau negeri dimaksud masing-masing di antaranya adalah Phalimbham di Provinsi Banten, Lu-Shiangshe di Provinsi Bengkulu, Chalava atau Tarumanagara di Provinsi DKI Jakarta, Kutai di Kalimantan Timur, Malayu Tulang Bawang di Provinsi Lampung, Malayu Crivijaya di Provinsi Sumatera Selatan, dan negeri Malayu Cri Indrapura di Provinsi Riau.
Di antara ketujuh negeri tersebut ada yang berkembang menjadi kerajaan besar dan kuat seperti Tarumanagara, Phalimbham, Malayu Crivijaya, serta Kerajaan Malayu Cri Indrapura.
Sementara itu, sebagian lainnya menjadi kerajaan kecil seperti Kutai dan Malayu Tulang Bawang, bahkan ada kerajaan atau negeri yang tenggelam dan hilang sama sekali (tidak berkembang) seperti halnya Lu-Shingshe di Provinsi Bengkulu.
Hal senada juga tergambarkan di dalam peta yang dibuat seorang bangsa Yunani kelahiran Iskandariah Mesir dan tinggal di Alexandaria, Claudius Ptolomeus, pada tahun 127-151 M.