Mohon tunggu...
Sandi Novan Wijaya
Sandi Novan Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Calon Diplomat

Sampaikanlah walau satu ayat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Hati yang Terbaring di Pusara

17 Juni 2023   06:44 Diperbarui: 15 Juli 2023   16:35 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kuburan. (sumber: PIXABAY via kompas.com)

Dia masih menangisi kekasihnya yang pergi, terdiam, membisu dengan sesegukan yang sesekali merebut hening. Makam yang masih basah itu terasa semakin membuat berat bebannya, karena ada hati yang terkubur di dalam bersama hatinya.

Dia masih menangis sembari mengenang kenangan lama, yang mana cintanya dapat tumbuh bagai bunga pada musim semi yang tak pernah bertemu musim gugur.

Cintanya hidup sejahtera kala itu, dulu, jauh pada ruang kenangan yang merebut pikirannya. 

Cintanya pernah berkata; Aku akan menjadi angin yang terus memberikanmu kesejukan, pun nanti setelah kumati.

Air matanya meleleh semakin jadi.

Aku akan menjadi cahaya mentari pagi yang bersinar hangat dan tak menyengatmu, cukup untuk mengenyahkan dingin yang kau derita di setiap fajarmu.

Aku akan menjadi nyanyian alam yang dikumandangkan daun-daun yang bergemerisik untuk menghiburmu.

Aku akan menjadi bintang ataupun bulan untuk langit malammu yang kelam.

Dan, aku akan mencintaimu setelah kematianku karena aku pun telah mencintaimu sebelum kelahiranku dan bahkan jauh sebelumnya.

Dia teringat semua kata-kata kekasihnya itu, terngiang jelas di dalam pendengarannya. Suara parau lembut yang merdu dan tatapan mata teduh yang menenangkan dari kekasihnya, kini bersemayam pada ruang hatinya, pada kamar kenangan paling dalam.

Dan dulu dia pernah berkata; Aku tidak mau engkau menjadi semua itu, Aku hanya mau kau jadi dirimu yang dipenuhi cinta, cinta yang tak luntur oleh lekangnya usia, cinta yang ada ketika cinta-cinta yang lain hilang. Dia tersenyum getir.

Bukankah apa yang kusebutkan tadi adalah cinta yang kau inginkan sayang, cinta yang terus hidup saat cinta yang lain tak mampu melakukannya, cinta yang terus ada bahkan setelah aku tiada. Kekasihnya menyela.

Tak terasa kini dia telah terpisah dengan orang yang sangat tidak dia sukai. Pria yang dulu selalu berusaha mencari celah dirinya, untuk kemudian melumpuhkannya. 

Sekarang, benar-benar terasa bahwa pria itu tulus mencari celah pada hatinya yang selama ini dia tutup-tutupi. Pria itu berbeda dengan kebanyakan pada pria seusianya. 

Dok. Sandy Novan Wijaya
Dok. Sandy Novan Wijaya

Pria itu matang dan juga perasa, sangat menyenangkan mengetahui ada orang yang mampu merasakan sesuatu yang ingin kita bagi, tetapi kita tak bisa melakukannya.

Sejatinya, dia ingin luluh pada pria itu. Namun, kala itu dia terlalu takut untuk membuka pintu hatinya yang telah dia tutup untuk membendung segala celah dan kerapuhan di dalamnya.

Maka karena ketakutan itu, dia tak membiarkan pria itu dan malah memutuskan untuk membencinya. Karena baginya, tertangkap basah akan kelemahnya adalah suatu hal yang memalukan, apalagi pada pria seperti pria itu. 

Dia melakukan blokade pada pikiran dan perasaannya sendiri. Dan, dia berusaha meyakinkan dirinya bahwa kehangatan dari pria itu adalah ilusi dan tipuan yang harus dia enyahkan. 

Maka, dia memutuskan untuk bertindak tegas (sejatinya kasar) dengan menghina pria itu, pria yang sejatinya telah menggoreskan namanya di hati pria itu.

Setelah bertahun-tahun lamanya terpisah, kini benar-benar terasa. Dulu adalah kesalahan, dia melepaskan bulan yang terang pada malamnya dan berlari menenggelamkan diri pada telaga kegelapan yang menyedihkan. 

Bertahun-tahun hatinya terluka sebab apa yang dia lakukan terhadap pria itu. Hatinya terluka karena melukai hati pria itu. 

Dia ingin sekali lagi melihat senyum pada bibir pria itu, tatapan yang teduh nan dalam penuh perhatiannya. Dia ingin bertemu, jika saja waktu mampu diputar. 

Dia ingin berbalik dan menghampiri pria itu dan mengatakan tentang hatinya jua. Dia benar-benar sekarat kini, didera sesal dan rasa bersalah.

Sesal karena melepaskan seseorang yang terukir namanya di dalam hati dan rasa bersalah karena menggoreskan luka pada hati orang tersebut.

Kini, dia hanya mampu menangis dan mengenang kebodohannya di masa lalu, betapa angkuhnya dia dulu. Kini. setelah benar-benar tak mampu lagi bertemu, dia baru berkata jujur pada dirinya sendiri bahwasannya dia rindu.

Sesaat sebelum dia beranjak dari tempatnya, dia menemukan sebuah amplop cokelat kecil bertuliskan nama pengirim mendiang si pria.

Dengan penasaran dia raih kertas dari dalam amplop tersebut. Ternyata isinya hanyalah sepenggal puisi.

Ingatkah kau saat aku bercerita di taman itu.
Kataku kita adalah sepasang merpati.
Aku bercerita di taman itu.
Bahwa merpati hanya setia pada satu cinta yang ia temui.
Lalu, aku bercerita tentang setia dan merpati.
Di masa lalu; taman itu,

"Dan, aku kini yang menjalankan seluruh ceritamu". Dia berlalu memunggungi makam pria itu.

Semakin jauh ...

Semakin menjauh ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun