Bertahun-tahun hatinya terluka sebab apa yang dia lakukan terhadap pria itu. Hatinya terluka karena melukai hati pria itu.Â
Dia ingin sekali lagi melihat senyum pada bibir pria itu, tatapan yang teduh nan dalam penuh perhatiannya. Dia ingin bertemu, jika saja waktu mampu diputar.Â
Dia ingin berbalik dan menghampiri pria itu dan mengatakan tentang hatinya jua. Dia benar-benar sekarat kini, didera sesal dan rasa bersalah.
Sesal karena melepaskan seseorang yang terukir namanya di dalam hati dan rasa bersalah karena menggoreskan luka pada hati orang tersebut.
Kini, dia hanya mampu menangis dan mengenang kebodohannya di masa lalu, betapa angkuhnya dia dulu. Kini. setelah benar-benar tak mampu lagi bertemu, dia baru berkata jujur pada dirinya sendiri bahwasannya dia rindu.
Sesaat sebelum dia beranjak dari tempatnya, dia menemukan sebuah amplop cokelat kecil bertuliskan nama pengirim mendiang si pria.
Dengan penasaran dia raih kertas dari dalam amplop tersebut. Ternyata isinya hanyalah sepenggal puisi.
Ingatkah kau saat aku bercerita di taman itu.
Kataku kita adalah sepasang merpati.
Aku bercerita di taman itu.
Bahwa merpati hanya setia pada satu cinta yang ia temui.
Lalu, aku bercerita tentang setia dan merpati.
Di masa lalu; taman itu,
"Dan, aku kini yang menjalankan seluruh ceritamu". Dia berlalu memunggungi makam pria itu.
Semakin jauh ...
Semakin menjauh ...