Negeri 5 Menara diterbitkanoleh PT Gramedia Pustaka Utama yang di cetak pertamakali di Indonesia pada saat Juli 2009, kedua dan ketiga kalinya pad saat oktober 2009. Walaupun tergolong masih hangat, novel ini langsung mendapatkan posisi sebagai jajaran-jajaran novel best seller tahun 2009. Novel ini dituliskan oleh Ahmad Fuadi yang terinspirasi oleh kehidupan masa mudanya di pondok.Â
Ahmad Fuadi memulai pendidikanya di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Melanjutkan kuliah Hubungan Internasional di Univesitas Padjajaran. Menjadi wartawan tempo setelahnya, ia menyelasaikan tugas-tugasnya dibawah pengawasan seniornya. Mendapatkan beasiswa Fullbright untuk kuliah S2 di George Washington University. Sambil di iringi saat kuliah, ia bekerja koresponden TEMPO dan wartawan VOA. Tidak heran jika novel yang dibuatnya dikemasi dengan bentuk yang bagus dan rapi.
Novel ini menceritakan kisah perjuangan penulis yg memiliki ambisi dan mimpi yang luar biasa dalam melawan rintangan dan hambatan yang ada bersama para sahabatnya. Hal ini dapat kita ketahui dari salah satu halaman yang ada pada novel, yaitu
 "Novel ini terinspirasi oleh pengalaman penulis menikmati pendidikan yang mencerahkan di Pondok Modern Gontor......"(hlm. pembukaan ke-7)
Novel ini bertemakan kisah indah nya persahabatan di sebuah pondok pesantren. Kisah ini juga dibalut dengan kentalnya unsur usur islamik dan juga menginspiratif kaum muda. Hal ini dikarenaka cerita pada novel tersebut menceritakan kembali masa lalu Alif disaat ia masih belajar di pondok. Bukti dia mmenceritakan masa lalunya adalah berikut:
"Aku tersenyum. Pikiranku langsung terbang jauh ke masa lalu. Masa yang sangat kuat terpatri dalam hatiku."(hlm.4)
Dalam novel ini, menceritakan para sahabat yang menjalani kehidupan lika-liku di pondok. Tokoh-tokoh tersebut adalah Alif, Atang, Baso, Said, Dulmajid, dan Raja.
 Tokoh utama Alif digambarkan memiliki sifat penurut
"Belum pernah sebelumnya aku berbantah-bantah melawan keinginan amak sehebat ini. Selama ini aku anak penurut."(hlm.11)
Dan juga memiliki sifat pantang menyerah. Walaupun keinginan dia tidak tercapai maka ia akan mencari jalan lain yang mendekati tujuan nya tersebut.
"Sudah tiga hari aku mogok bicara dan memeram diri. Semua ketekun pintu aku balas dengan kalimat pendek, "sedang tidur". Dalam hatiku aku berharap amak berubah pikiran melihat kondisi anak bujangnya yang terus mengurung diri ini."(hlm.11)
"Usul ini sama aja dengan masuk sekolah agama juga. Bedanya, merantau ke Jawa dan mempelajari bahasa dunia cukup manrik hatiku. Aku berpikir-pikir, kalau akhirnya aku tetap harus masuk sekolah agama, aku tidak mau madrasah di Sumatra Barat. Sekalian saja masuk pondok di jawa yang jauh dari keluarga. Ya betul pondok madani bisa jadi jalan keluar ketidakjelasan ini."(hlm.11)
Dulmajid adalah salah satu dari 4 sahabat Alif. Dulmajid memiliki sifat yang mandiri.
"Tentu saja saya datang sendiri"(hlm.27)
Dulmajid juga dikenal sebagai orang yang jujur, terpelajar dan setia kawan oleh guru ataupun teman-temanya hal tersebut dapat kita ambil dari kutipan berikut:
"Animo belajarnya memang maut. Di kemudian hari, aku menyadari dia orang paling jujur, paling keras, tapi juga paling setia kawan yang aku kenal."(hlm.46)
Raja, salah satu sahabat Alif. Ia suka dengan membaca bukti atau pun kutipan dari orang orang terkenal.
"Raja melihat ke arahku dan menjelaskan sebelum aku bertanya, "aku sedang menghapal kutipan pidato Bung Karno.""(hlm.17)
"hobi utamanya membaca buku"(hlm.45)
Dan ia juga tidak pelit.
"bagusnya dia tidak pelit dengan informasi"(hlm.61)
Atang, pria jangkung berambut pendek dan berkacamata tebal. Pertamakali muncul nya atang adalah saat Alif masuk ke kelasnya. Atang memiliki sifat yang memegang teguh janji nya dan ia juga memiliki sifat humoris.
"Besoknya Atang mengajak kami keliling Bandung naik angkot. Sesuai janji, Atang yang membayarri ongkos..."(hlm.221)
"Atang dengan lihai memasukkan berbagai macm guyon sunda yang membuat hadirin terpingkal-pinkal."(hlm.220)
Said, pria asal surabaya yang kekar ini memiliki masa lalu yang nakal. Dia merupakan keturunan orang Arab. Dengan sifat dewasa, ia selalu menjawab keluh kesal teman temanya. Tetapi, kekurangan percaya dirinya menjadi salah satu kelemahan terbesarnya nya.
"Tidak salah kalau dia yang paling dewasa di antara kami."(hlm.45)
"Dia memang tidak terlalu pededengan hasil ujianya kali ini. Dan mengaku merasa sakit perut setiap kali melihat soal ujian."(hlm.206)
Baso, pria asal Sulawesi ini memiliki penampilan seorang pelaut. Dia memiliki semangat tinggi dalam menimba ilmu agama dan ia juga seorany yang peduli serta berbakti kepada orang tua.
"....saya ingin mendalami agama islam dan menjadi Hafiz-penghapal Al-Quran"(hlm.46)
"....sedang berpikir-pikir kapan aku harus mengambil keputusan untuk merawat nenek dan pulang selamanya......"(hlm.362)
"untu pertama kalinya aku sadari bahwa motivasi besar Baso menghapal Al-Quran adalah pengabdian kepada orangtua"(hlm.363)
Pengguaan latar tempat menambah daya imajinasi para pembaca untuk menggambarkan suatu kejadian. Dalam novel Negeri 5 Menara, memiliki latar tempat seperti Pondok Madani, Aula, lapangan, kelas, dan menara.
"Selamat datang di Pondok Madani. Hari ini saya akan menemani Anda semua untuk keliling melihat berbagai sudut pandang seluas lima beas hektar ini." (hlm.30)
"Sehabis Isya murid-murid berbondong-bondong memenuhi aula. Ratusan kursi disusun sampai ke teras untuk menampung tiga ribu orang."(hlm.48)
"...ketika kami beriringan-iringan menggotong lemari masing-masing melintasi lapangan besar menuju asrama kami."(hlm.62)
"Ustad Salman masuk kelas suatu malam dengan membawa setumpuk buku tebal, "malam ini kita akan habiskan waktu untuk keliling dunia," katanya dengan senyum lebar 10 sentinya."(hlm.105)
"Di bawah bayangan menara, kami merencanakan amal kebaikan...."(hlm.94)
Latar waktu juga salah satu faktor penjelas suatu kejadia atau peristiwa. Keterangan waktu juga akan membuat para pembaca dapat membayangkan peristiwa tersebut ke titik dimana dia merasakanya. Keterangan waktu yang dimaksud seperti pagi, sore, malam, dan dini hari.
"...Maka pagi itu beriring-iringlah romobongan demi rombongon siswa keluar dari gerbang PM..."(hlm.127)
"Matahari telah tergelincir di ufuk dan gerimis merebak..."(hlm.62)
"Malam ini untuk pertama kalinya kami sekamar..."(hlm.238)
"Sekitar jam dua pagi, aku menghabiskan tegukan terakhir kopi yang tersisa..."(hlm.244)
Latar sosial dapat mempengaruhi sifat dan pilihan si tokoh. Gaya hidup Alif di pengaruhi dari keluarganya. Dimana keluarganya mendidik anaknya tentang islam sejak kecil. Sehingga Alif menjadi pelajar terdidik. Hal tersebut dapat di buktikan pada kutipan berikut:
" Padahal latar belakang religius ayahku tidak kalah kuat. Ayah dari ayahku ulama yang terkenal di Minangkabau." (hlm.10)
Dalam novel ini, Ahmad Fuadi menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Pengarang menempatkan dirinya sebagai tokoh utama yaitu Alif. Pengarang menceritakan apa yang terjadi, terlihat dan apa pikiran si tokoh utama yaitu Alif. Hal ini dapat kita jumpai kata ganti aku sebagai Alif. Buktinya dapat kita temui di :
"Aku tersenyum. Pikiranku langsung terbang jauh ke masa lalu."(hlm.4)
Kutipan tersebut membuktikan bahwa si pengarang menceritakan kembali masa lalunya. Ia menggunkan aku sebagai kata ganti aku. Hal itu menandakan bahwa si pengarang menggunkan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H