KUALA LUMPUR - Wajah Arumugan Chelliah, pemandu wisata lokal Malaysia, semringah. Dia melambaikan tangannya ke arah rombongan wartawan dari Indonesia di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (8/10) sore dua pekan lalu.
Seusai makan di restoran bandara, Aru, sapaan akrab Arumugan, mengantar rombongan wartawan meluncur ke sebuah hotel berbintang di Kuala Lumpur. Di tengah perjalanan, Aru terus bercuap-cuap bangga menjelaskan profil negaranya.
Aru dan warga Malaysia lainnya layak tersenyum lebar dan merasa bangga. Maklumlah, di akhir pekan itu, Malaysia memang menggelar hajatan besar, yakni balapan MotoGP dunia yang bertajuk Shell Advance Malaysian Motorcycle Grand Prix.
Rombongan wartawan Indonesia yang terdiri dari enam orang hadir ke Sepang atas undangan PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia. Induk Generali Indonesia, yakni Assicurazioni Generali, adalah sponsor resmi Tim Ducati asal Italia.
Jutaan pasang mata penggila adu balap kuda besi sejagat ini tentu memelototi Sirkuit Internasional Sepang. Bukan hanya dari layar kaca, para turis mancanegara juga akan menyambangi Sepang.
Sudah bisa dipastikan, pusat-pusat hiburan dan pariwisata di kawasan Kuala Lumpur dan sekitarnya akan semakin hidup. Mulai dari hotel, pusat belanja dan tempat-tempat pariwisata di Kuala Lumpur akan menyedot banyak pengunjung.
"Apabila ada event MotoGP seperti ini, tingkat hunian hotel di Kuala Lumpur dan sekitarnya nyaris 100% penuh. Biasanya pengunjung memesan kamar sebulan sebelum acara," tutur Aru, yang merupakan warga Malaysia keturunan India.
Perhelatan MotoGP tahun ini begitu istimewa bagi Malaysia. Sebab, hingga kini negeri jiran itu telah sukses menyelenggarakan MotoGP sebanyak 20 kali secara berturut-turut sejak 1991.
"Saya hanya bisa mengatakan bahwa efek dari GP Malaysia sangat besar," kata CEO Sepang International Circuit (SIC), Ahmad Razlan Ahmad Razali, seperti dikutip majalah Shell Advance Malaysian Motorcycle Grand Prix.
Memang, dalam 20 tahun terakhir puluhan ribu turis asing melancong ke Malaysia untuk menyaksikan event fantastis ini. Mereka membelanjakan uangnya untuk berbagai hal, mulai dari penerbangan, penginapan, makan, transportasi, hingga hiburan.
Secara rata-rata, GP Malaysia menyedot penonton di sirkuit antara 35.000 hingga 40.000 penonton setiap tahun. Dari jumlah itu, 30% diantaranya merupakan wisatawan asing, khususnya berasal dari Indonesia, Singapura, Thailand dan Australia.
Bahkan, pada perhelatan GP Malaysia ke-20, dua minggu lalu, balapan MotoGP Malaysia mencatatkan rekor penonton terbanyak, yakni mencapai 62.141 orang. Secara umum, dalam tiga hari prosesi balapan, 8-10 Oktober lalu, pengunjung yang hadir ke Sepang mencapai 105.555 orang.
Bukan sebuah kebetulan pula apabila balapan MotoGP di Sepang menjadi penentu gelar juara Jorge Lorenzo, pembalap Spanyol dari Tim Fiat Yamaha. Asal tahu saja, seragam balap Lorenzo bertulisan "Semakin di Depan". Ini membuktikan pasar Indonesia cukup potensial bagi bisnis olahraga otomotif beserta turunannya.
Jika melihat keberhasilan Malaysia membangun olahraga otomotifnya, insan olahraga Indonesia patut belajar banyak. Jika mau, sebenarnya Indonesia mampu menggelar event-event olahraga besar seperti MotoGP.
Sebab, kita juga punya sejarah manis soal ajang adu balap motor sedunia. Pada 1996, Sirkuit Sentul berhasil menggelar MotoGP, waktu itu bernama Grand Prix 500. Tapi ajang itu hanya berlangsung sekali. Sampai kini balap motor paling bergengsi di dunia itu selalu menjauh dari Sirkuit Sentul.
Berbeda dengan Malaysia. Dalam tiga tahun ke depan, hingga 2013, Sirkuit Sepang masih dipercaya untuk menggelar MotoGP. Razlan kembali menegaskan, kontrak ini bukan hanya penting bagi pengelola Sirkuit Sepang, "Tapi juga penting untuk industri pariwisata dan hiburan Malaysia," tuturnya.
Kebayoran Lama, 22 Oktober 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H