Bahkan, pada perhelatan GP Malaysia ke-20, dua minggu lalu, balapan MotoGP Malaysia mencatatkan rekor penonton terbanyak, yakni mencapai 62.141 orang. Secara umum, dalam tiga hari prosesi balapan, 8-10 Oktober lalu, pengunjung yang hadir ke Sepang mencapai 105.555 orang.
Bukan sebuah kebetulan pula apabila balapan MotoGP di Sepang menjadi penentu gelar juara Jorge Lorenzo, pembalap Spanyol dari Tim Fiat Yamaha. Asal tahu saja, seragam balap Lorenzo bertulisan "Semakin di Depan". Ini membuktikan pasar Indonesia cukup potensial bagi bisnis olahraga otomotif beserta turunannya.
Jika melihat keberhasilan Malaysia membangun olahraga otomotifnya, insan olahraga Indonesia patut belajar banyak. Jika mau, sebenarnya Indonesia mampu menggelar event-event olahraga besar seperti MotoGP.
Sebab, kita juga punya sejarah manis soal ajang adu balap motor sedunia. Pada 1996, Sirkuit Sentul berhasil menggelar MotoGP, waktu itu bernama Grand Prix 500. Tapi ajang itu hanya berlangsung sekali. Sampai kini balap motor paling bergengsi di dunia itu selalu menjauh dari Sirkuit Sentul.
Berbeda dengan Malaysia. Dalam tiga tahun ke depan, hingga 2013, Sirkuit Sepang masih dipercaya untuk menggelar MotoGP. Razlan kembali menegaskan, kontrak ini bukan hanya penting bagi pengelola Sirkuit Sepang, "Tapi juga penting untuk industri pariwisata dan hiburan Malaysia," tuturnya.
Kebayoran Lama, 22 Oktober 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H