Lembar demi lembar ia lewati. Jantungnya berdegup semakin cepat. Belum satu pun nomor yang cocok dengan miliknya. Sesekali ia tidak melihat nomornya, tapi melirik nama peserta ujian. Ada nama Lina di situ. Lina… yang teman SD itu bukan, ya…. Memori Rino kembali ke masa lalunya saat sekolah dasar, perasaan suka pada perempuan untuk pertama kalinya di kelas enam SD, kepada Lina. Tapi ia tidak begitu yakin apakah benar Lina yang ini. Ah, sudahlah, kalaupun iya Lina teman SD, betapa beruntungnya dia lulus UMPTN.
Datang adik Rino masuk ke kamarnya, “Ada gak? Lama bener sih nyarinya.” Saat itu adiknya masih kelas satu SMA, naik ke kelas dua.
“Sabar, sabar. Nih korannya bagi dua, bantu cari. Ini nomor pesertanya.” Rino meminta adiknya untuk bantu cari. Kini mereka berdua kakak beradik mencari nomor dan nama di koran jatah masing-masing. Adiknya sibuk mencari. Rino masih dengan teliti melihat nomor dan nama, tidak ingin ada yang terlewat sedikitpun.
“Aaahhh! Alhamdulillah…!!!” Rino berteriak rasa syukur. Ia langsung mengambil posisi sujud di lantai kamarnya, melakukan sujud syukur, kemudian salam.
“Mana? Mana coba lihat?” adiknya penasaran dengan hasil pencarian Rino.
Rino lalu bangkit dari sujudnya, menunjukkan nomor yang ia temukan sama persis dengan miliknya. Dengan nama lengkap yang sama, Rino Abrar. “Alhamdulillaaaahhh…” kali ini adiknya menyahut syukur dengan riang. Mendengar teriakan kakak beradik di kamar Rino, kedua orangtua Rino ikut penasaran memasuki kamar.
“Ada namanya, No? Mana Mama coba lihat.”
“Nih, Ma. Sama tuh namanya, Ri-no Ab-rar.” Eja Rino penuh bangga.
“Masuk kemana jadinya, No?” papanya sudah tidak sabar ingin segera tahu hasilnya.
Rino kemudian menarik garis nomor peserta ujian miliknya di koran, melewati nama lengkapnya, dan akhirnya kode jurusan yang dipilihnya. Rino lalu mencocokkan kode jurusan tersebut dengan pilihan satu dan dua saat pendaftaran UMPTN.
Sambil menarik nafas panjang, Rino menyebutkan hasil kelulusannya, “Kimia Unpad.”