Mohon tunggu...
Oksand
Oksand Mohon Tunggu... Insinyur - Penulis Storytelling dan Editor

Penulis Storytelling - Fiksi - Nonfiksi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Akhirnya!

24 Desember 2016   06:05 Diperbarui: 15 Februari 2017   06:09 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rino keluar ruangan. Jemarinya mulai menghangat setelah cukup terasa dingin beberapa jam lalu. Otot sarafnya mulai rileks setelah keluar ruangan. Hidup terasa lebih ringan… untuk hari ini. Tomorrow is the final day!

***

Tumitnya naik turun, bergerak cepat. Rino berpikir sangat keras. Berkali-kali membaca soalnya, mencoba membedah persoalan mencari jawaban, tidak kunjung ketemu. Rino stres, dia sedang memelototi soal Matematika IPA, soal yang dia anggap paling rumit di UMPTN hari kedua. Alur soalnya tidak seperti Matematika Dasar. Ia harus menelaah lebih dalam untuk mencari jawaban di Matematika IPA. Akhirnya ia menyerah. Ia tinggalkan persoalan rumit itu, lalu lanjut ke Kimia.

Berbeda jauh dengan Matematika IPA, semua soal Kimia ia babat habis. Bahkan, ia merasa kurang banyak soal yang diberi. Pasalnya Rino berharap mendapat lumbung poin di Kimia ini, lumayan dikali empat untuk setiap jawaban yang benar. Setelah melumat habis soal-soal Kimia, ia lanjut ke Fisika. Dan… boro-boro tebakan kancing, sama sekali tidak ada bayangan mana jawaban yang tidak masuk logika, mana yang gak nyambung. Fisika, sama rumitnya dengan Matematika IPA. Rino kembali pasrah.

Waktu terus berjalan hingga tinggal tersisa sepuluh menit. Rino melihat kembali lembar jawaban komputernya, masih ada yang kosong tanpa jawaban. Di sisa waktu yang tinggal sedikit itu Rino mencoba untuk menjawab beberapa soal, siapa tahu ilham datang saat injury time. Hari kedua ini benar-benar menguras energi dan waktu yang berjalan tidak terasa. Kecepatan Rino untuk menelaah soal jauh menurun dibandingkan hari pertama. Karena memang ujian hari kedua ini begitu tekniknya. Dan sisa waktu sekarang tinggal lima menit lagi, mentok. Daripada gambling nilai minus, Rino memilih mengosongkan beberapa jawaban. Ia lalu melangkah gontai keluar ruangan dengan perasaan cemas.

***

Shubuh itu Rino masih menunaikan sholatnya. Usai mengucapkan salam, ia berdzikir, memanjatkan doa supaya bisa lulus UMPTN. Ya Allah, pilihkanlah tempat kuliah yang terbaik untukku menurut-Mu, ya Allah. Engkaulah yang Maha Mengetahui, Maha Melihat, Maha Menguasai langit dan bumi. Hamba sudah berusaha sebisa hamba, kupasrahkan semuanya pada-Mu ya Rabb. Aamiin.Hampir selesai Rino berdoa, papanya datang membawa koran.

“No, sudah selesai sholatnya? Ini papa beli koran tadi waktu jalan pagi.” Papanya Rino begitu semangat.

“Wah, papa beli koran? Kan nanti juga ada koran langganan datang jam tujuh.”

“Kelamaan nunggu yang biasa, udah ini aja. Coba cari namanya ada di situ gak.”

Papanya Rino tidak sabar untuk melihat hasil pengumuman UMPTN di koran, ia membelikan Rino koran yang sejak pukul tiga pagi sudah banyak orang memburunya. Rasanya hanya hari inilah banyak orang memburu koran sejak shubuh, demi mencari nama peserta ujian tertera di dalamnya. Tanda lulus UMPTN. Dengan masih memakai sarung Rino bangkit lalu menggelar koran tersebut di atas kasur, sambil bersila sendirian. Satu per satu nomor peserta UMPTN ia cocokkan dengan nomor miliknya, tidak terlewat sedikitpun. Hati-hati sekali, dan harap-harap cemas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun